17 Juli 2006 menjadi peristiwa penting saat gempa dan tsunami terjadi di wilayah pantai selatan Jawa. Gempa berkekuatan 6,8 SR di Samudera Indonesia ini berdampak pada rusaknya berbagai bangunan dan korban jiwa di wilayah Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, dan Kebumen. Gempa yang terjadi di sekitar tenggara Tasikmalaya itu, membuat air laut naik dan mengakibatkan bencana tsunami.
Gempa dan tsunami yang terjadi di Pangandaran turut berdampak hingga ke wilayah pesisir pantai Petanahan, Puring, Buayan, Ayah yang berada di Kebumen, Jawa Tengah. Saat itu, ratusan warga yang berada di wilayah pesisir ini mengungsi ke arah perbukitan karst.
Peristiwa gempa dan tsunami di Kebumen mengakibatkan 16 warga meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Berbagai prasarana publik, seperti tempat pelelalangan ikan di selatan Kebumen juga mengalami rusak berat. Sejak itu, wilayah selatan Kebumen ditetapkan sebagai kawasan daerah rawan gempa dan tsunami.
Pesisir selatan Kebumen memiliki bentang pantai sepanjang 57,8 kilometer dan ada sekitar 16 pantai yang menjadi tempat wisata. Mulai dari Pantai Pedalen, Karangbolong, Petanahan, Logending, hingga Menganti. Di sepanjang pesisir ini juga bergeliat berbagai kegiatan ekonomi warga pesisir. Mulai perdagangan hingga kawasan tambak ikan.
Peristiwa tsunami 2006 menjadi pengalaman sekaligus ingatan bagi warga di Kebumen. Warga yang tinggal di pesisir selatan Jawa memiliki kerawanan tinggi akan potensi terdampak tsunami. Untuk itu, Kabupaten Kebumen telah memiliki Peta Kerawanan Bencana Tsunami sebagai bagian penting dari mitigasi kebencanaan. Peta ini membantu masyarakat, BPBD, maupun lembaga pemerintah daerah untuk waspada dan mampu merespon dengan tanggap jika terjadi bencana di wilayah pesisir. Selain peta rawan bencana tsunami, Kabupaten Kebumen juga telah menerapkan teknologi aplikasi Sirens for Rapid Information On Tsunami Alert atau SIRITA berbasis telepon seluler yang dirilis tahun 2021.
“Kebumen juga rawan longsor dan tsunami,” ujar Udy Cahyono Kepala Pelaksana BPBD Kebumen saat mengikuti acara Kick-off Meeting Peningkatan Konektivitas Dan Literasi Digital Untuk Sekolah Dasar Di Wilayah Rawan Bencana, 22 Januari 2025 yang diikuti oleh perwakilan SDN Tegalretno, SDN 1 Karanggadung, SDN 2 Karanggadung, SDN 3 Petanahan dan Dinas Kominfo. Forum ini digelar oleh CRI bersama Pujiono Center untuk membangun kolaborasi dan peningkatan keterampilan mengenai literasi digital dan kebencanaan melalui pembelajaran jarak jauh.
Menurutnya, wilayah Kebumen memiliki keunikan geologi dari utara hingga selatan. Badan dunia UNESCO juga telah menetapkan Geopark Kebumen sebagai salah satu keunikan geologi dunia yang ada di Jawa. Saat ini ada 9 ancaman potensi bencana yang sering terjadi di wilayah Kebumen, seperti banjir, longsor, dan angin kencang.
“Di wilayah selatan kita sudah pasang rambu evakuasi, simulasi mandiri, hingga uji alat peringatan dini,” ujarnya. BPBD Kebumen juga telah berkoordinasi dengan berbagai dinas terkait mitigasi kebencanaan. Termasuk dengan dinas pendidikan untuk mensosialisasikan sekolah aman bencana.

“Anak-anak SD lebih cepat menangkap informasi. Kita ingin anak-anak memiliki pengetahuan mengenai mitigasi kebencanaan,” ujar Ferdhi F. Putra, Direktur Ad Interim CRI menambahkan. Pendidikan usia dini, menurutnya sangat penting untuk tahu tentang isu kebencanaan dan teknologi internet. Ke depan, berbagai pelatihan literasi digital dan kebencanaan menjadi bagian dari kegiatan peningkatan keterampilan bagi guru, siswa, dan orangtua di wilayah Kabupaten Kebumen dan wilayah dampingan lainnya di pesisir selatan Jawa.
“Tak hanya itu, keterampilan keamanan berinternet juga penting diketahui oleh guru, siswa, dan orangtua,” ujarnya agar komunitas sekolah bisa memanfaatkan internet yang sehat dalam pendidikan.
Praktik Pembelajaran Jarak Jauh
Keberadaan teknologi internet dalam pendidikan memang sangat membantu proses pembelajaran bagi guru dan siswa. Terlebih saat terjadi pandemi Covid-19 di mana ada pembatasan secara berkala terkait aktivitas tatap muka untuk mengurangi risiko penyebaran virus.
Dalam kondisi terbatas, sekolah tetap memiliki kewajiban untuk menjalankan seluruh proses belajar secara daring melalui internet. Pemerintah mengeluarkan kebijakan agar proses pembelajaran jarak jauh ini bisa dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Inilah proses pertama dalam dunia pendidikan Indonesia saat menghadapi pandemi Covid-19. Dalam berbagai keterbatasan, pendidikan harus siap menjawab tantangan ini agar anak-anak tetap menjalankan pembelajaran.
Sayangnya, tidak semua sekolah maupun orangtua siswa memiliki fasilitas internet dan telepon seluler yang memadai. Termasuk keterampilan memanfaatkan berbagai aplikasi komunikasi jarak jauh. Guru juga bekerja keras menyiapkan berbagai materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi ini. Termasuk mempelajari teknologi internet.
“Guru memberikan pelajaran melalui Zoom dan bikin kelompok siswa untuk mengatasi keterbatasan alat, seperti handphone,” ujar Dian Rahmawati, Kepala Sekolah SD Negeri Tegalretno. Masalah lain, orangtua siswa juga memiliki keterbatasan dalam menyediakan data internet dan pengetahuan yang terbatas terkait pemanfaatan teknologi internet.
“Kita manfaatkan Youtube untuk mengajar lalu disebar melalui group WA. Kita juga belajar berbagai aplikasi agar materi belajar menarik,” ujar Agra Aditya, guru dari SD Negeri 3 Petanahan.
Praktik pembelajaran jarak jauh saat pandemi Covid-19 menjadi pengalaman berharga bagi semua guru di Indonesia. Guru, siswa dan orangtua harus siap menghadapi berbagai tantangan ke depan. Termasuk bagi setiap sekolah yang berada di area rawan bencana alam. Praktik pembelajaran jarak jauh menjadi cara agar penyelenggaraan pembelajaran tetap berjalan seperti biasanya.
“Perlu kolaborasi dengan orangtua mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi sebagai kesepakatan bersama,” ujar Dian Rahmawati menambahkan.

Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Wilayah Kebumen
SD Negeri Tegalretno telah ditetapkan sebagai Satuan Pendidikan Aman Bencana atau SPAB di wilayah Kebumen. Pendampingan pendidikan kebencanaan di sekolah dilakukan bersama PMI Kabupaten Kebumen. SPAB merupakan bagian dari program pencegahan dan penanggulangan dampak bencana melalui Permendikbud No.33 Tahun 2019.
“SDN Tegalretno terletak kurang lebih 2 kilometer dari bibir pantai,” ujar Dian Rahmawati. Sekolah ini tentu saja masuk ke dalam wilayah rawan bencana tsunami di Kebumen. Berbagai simulasi maupun pelatihan kebencanaan telah dilakukan di sekolah ini untuk merespon kondisi lingkungan sekolah.
SDN Tegalretno menjadi sekolah percontohan pendidikan aman bencana. Hingga saat ini setidaknya ada 10 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA di Kebumen yang sudah mendapatkan status SPAB.
Kolaborasi antarpihak menjadi kunci dalam membangun kesadaran kebencanaan di sekolah. Termasuk dalam meningkatkan pengetahuan mengenai internet sehat di dunia pendidikan. Sehingga ke depan, Indonesia memiliki sumber daya yang tangguh, mandiri, dan siaga.