Empat sekolah SDN Kabupaten Trenggalek, seperti Wonocoyo I, Wonocoyo II, Wonocoyo III, dan Nglebeng III mengikuti acara Kick-off Meeting Peningkatan Konvektivitas Dan Literasi Digital Untuk Sekolah Dasar Di Daerah Rawan Bencana yang dilaksanakan oleh CRI dan Pujiono Centre, 6 Februari 2025. Kegiatan ini bagian dari program untuk merespon isu bencana di wilayah pesisir selatan Jawa melalui pemanfaatan konektivitas internet atau SCILLS.
Program SCILLS menjadi wadah bagi para guru, orangtua, dan siswa untuk meningkatkan kecakapan dan keterampilan internet bagi pendidikan. Termasuk menjadi ruang untuk membangun pembelajaran di wilayah berpotensi bencana.
“Praktik pembelajaran jarak jauh saat masa pandemi Covid-19 turut menjadi bagian diskusi penting,” ujar Panji Dimas, dari Pujiono Centre membuka acara ini. Turut hadir dalam pertemuan ini perwakilan kepala dinas pendidikan, BPBD, dan Kominfo dari Kabupaten Trenggalek.
Saat ini, menurut data peta rawan bencana BNPB Jawa Timur, ada 17 desa yang berada di Kecamatan Watulimo, Munjungan, dan Panggul tergolong zona rawan tsunami di selatan Trenggalek. Termasuk di dalamnya, bagi keempat sekolah yang berada di wilayah pesisir selatan Trenggalek. Untuk membangun peningkatan kesadaran mitigasi kebencanaan, BPBD Trenggalek juga telah membentuk desa tangguh bencana dan memasang sejumlah rambu evakuasi dan papan informasi bencana di wilayah ini.
“Informasi megathrust ini bukan perkiraan tapi potensi. Untuk itu, kita harus aktif mengurangi risiko bencana,” ujar Stefanus Triadi Atmono, Kepala BPBD Trenggalek. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, di wilayah pesisir selatan Trenggalek juga sudah terpasang Early Warning System (EWS) tsunami, bencana longsor dan banjir di sejumlah titik.

“Daerah kami juga menghadapi tantangan lain. Listrik sering mati dan gangguan koneksi internet,” ujar Aan Hadiyanto,Kepala Sekolah SDN Wonocoyo II. SDN Wonocoyo II berada di Dusun Karang Desa Wonocoyo. Posisi sekolah ini kurang lebih berjarak sekitar 2 kilometer dari bibir pantai Taman Kili-kili.
Keterbatasan ini menjadi tantangan untuk membangun konektivitas internet di wilayah selatan Trenggalek. Terlebih lanskap wilayah pesisir selatan Trenggalek berbukit-bukit sehingga menjadi tantangan dalam membangun infrastruktur internet dan komunikasi.
Ia berpendapat, program SCILLS ini akan membantu para guru, orangtua, dan siswa sekolah agar memiliki keterampilan literasi digital maupun kebencanaan. Termasuk memanfaatkan berbagai platform pembelajaran saat terjadi darurat. Menurutnya, kebencanaan tidak menjadi halangan untuk tetap menjalankan aktivitas pendidikan karena bagian dari hak setiap anak.
“Kita mesti jelaskan konsep belajar saat terjadi bencana pada walimurid agar tidak menjadi masalah. Konsepnya seperti apa dan langkah-langkahnya seperti apa agar walimurid bisa mendukung,” ujarnya.

Agoes Setoyono, Kepala Dinas Pendidikan Trenggalek, berpendapat bahwa pengalaman saat pandemi Covid-19 menjadi pembelajaran berharga bagi dunia pendidikan. Saat itu, setiap sekolah harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui internet. Kondisi ini membuat sekolah harus kreatif dan mencari inovasi agar proses pembelajaran bisa berlansung dalam kondisi terbatas.
“Pembelajaran jarak jauh masa Covid tidak berjalan optimal karena tidak ada persiapan piranti, pedoman, maupun pelatihan penggunaan internet,” ujarnya.
Kondisi ini diakui oleh SDN Wonocoyo III dan SDN Nglebeng karena tidak memiliki akses internet nirkabel karena tertutup oleh perbukitan.
Membangun pendidikan yang bermakna memang tidak mudah bagi sekolah yang berada di wilayah terisolir dan rawan bencana. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh komunitas sekolah ini. Mulai dari infrastruktur, kondisi geografis, sosial dan ekonomi orangtua, hingga kebijakan dari pemerintah untuk menyediakan pendidikan yang layak bagi masyarakat.
Kolaborasi antarpihak menjadi salah satu cara untuk mengatasi berbagai tantangan ini. Keberadaan program SCILLS menjadi upaya untuk membantu bagi komunitas sekolah, orangtua siswa, maupun lembaga pemerintah untuk bekerja sama dan memberi kebermanfaatan bagi siswa-siswi yang tinggal di daerah risiko rawan bencana.