ARTIKEL

Kick-off Meeting Tasikmalaya: Berdaya Di Tengah Keterbatasan Konektivitas Dan Risiko Bencana Alam

Dibaca 3 Menit

Sekolah Dasar Negeri Sindangkerta berada persis di bibir Pantai Cipatujah, Tasikmalaya Selatan. Setiap hari, sekolah ini terbiasa mendengar gemuruh ombak dari laut pantai selatan. Salah satu sekolah dasar yang berada dalam kawasan daerah rawan bencana gempa & tsunami.

Posisi sekolah yang menghadap laut ini menjadi bagian dari empat sekolah yang mengikuti program SCILLS yang diampu oleh CRI dan Pujiono Centre atau dikenal sebagai Program Peningkatan Konektivitas & Literasi Digital Bagi Sekolah Dasar Di Daerah Rawan Bencana. Program ini juga berlangsung di wilayah 8 kabupaten pesisir selatan Jawa lainnya. Mulai dari Tasikmalaya hingga Trenggalek.

Sekolah SDN Sindangkerta tak hanya rawan terkena dampak gempa dan tsunami dari pantai selatan. Tapi sekolah ini juga menghadapi keterbatasan lainnya, seperti akses konektivitas internet untuk keperluan pembelajaran. Kondisi ini membuat proses pembelajaran di sekolah menjadi terhambat. Guru kesulitan mencari materi tambahan di internet. Termasuk untuk keperluan komunikasi maupun administrasi sekolah.

Kondisi keterbatasan ini dirasakan lebih berat saat terjadi pandemi Covid-19. Termasuk bagi sekolah lainnya di wilayah Tasikmalaya Selatan. Tak hanya itu, kecakapan keterampilan mengenai internet di kalangan guru juga terbatas. Termasuk bagaimana memanfaatkan internet untuk keperluan pembelajaran jarak jauh.

“Kami dibantu dan belajar dari teman-teman guru lainnya. Saat itu kita belum memahami cara melakukan proses pembelajaran jarak jauh,” ujar Wardi Warsidi, guru dari SDN Sindangkerta.

Kondisi geografis Tasikmalaya Selatan memang menantang dengan kontur tanah perbukitan hingga berbatasan dengan laut lepas. Tak salah jika Tasikmalaya Selatan banyak daerah terisolir dan belum memiliki jaringan internet. Daerah ini juga termasuk daerah yang rawan terjadi bencana alam. Seperti longsor, gempa, angin topan, dan hingga ancaman tsunami.

“Internet memang salah satu problem,” ujar Kabid Kominfo Dan Persandian Kabupaten Tasikmalaya, Kurnia Tresna Sumantri dalam acara Kick-off Meeting Konektivitas & Literasi Digital Bagi Sekolah Dasar Di Wilayah Rawan Bencana, 12 Februari di Hotel Horison, Tasikmalaya yang diselenggarakan oleh CRI bersama Pujiono Centre ini.

Saat ini jumlah sekolah dasar di Kabupaten Tasikmalaya mencapai 1.062 sekolah dengan jumlah siswa mencapai 115.224 jiwa yang tersebar di berbagai wilayah. Baik di daerah pegunungan hingga ke pesisir di Tasikmalaya Selatan. Menurut Kepala Bidang SD Kabupaten Tasikmalaya, Ahmad Solihin, proses pembelajaran jarak jauh saat masa pandemi Covid-19 mengalami banyak kendala akibat kondisi infrastruktur dan jaringan internet yang tidak merata.

Kondisi ini memaksa guru maupun masyarakat untuk berkolaborasi dan bekerja sama agar proses pendidikan tetap berjalan. Salah satunya, memanfaatkan keberadaan siaran melalui televisi maupun radio lokal untuk menjangkau wilayah yang jauh dan terputus oleh jaringan internet.

“Guru memberikan pengajaran melalui siaran radio, kunjungan dari rumah ke rumah, dan media sosial dilakukan saat itu,” ujar Ahmad Solihin.

Iyan Sukmawindi, Guru SDN Cibarengkok, punya pengalaman saat melewati masa pandemi Covid-19. Setiap hari, ia mengunjungi rumah siswa untuk melakukan proses belajar mengajar. Saat itu, konektivitas internet juga terbatas. Termasuk kepemilikan gawai atau HP orangtua siswa. Proses belajar mengajar serba terbatas dan melelahkan. Serapan pembelajaran anak-anak menghadapi banyak kendala. Kondisi ini pun berdampak panjang hingga hari ini.

“Ada yang siswa yang masih belum bisa membaca,” ujarnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Yuli Astuti, Guru SD Sindangkerta. Proses belajar memanfaatkan platform Whatsapp sebagai sarana berbagi tugas. Teknis lainnya, ia juga membagi kelompok siswa untuk memudahkan belajar dan menghemat data.

“Bantuan internet dari pemerintah juga tidak bisa digunakan karena belum ada konektivitas internet,” ujar Deni, Guru SDN Sukajaya menambahkan.

Kecakapan keterampilan internet sangat dibutuhkan bagi guru yang berada di wilayah Tasikmalaya Selatan. Menurut para guru, program SCILLS ini akan membantu meningkatkan keterampilan internet sekaligus membangun pengetahuan mitigasi kebencanaan di sekolah. Pendidikan internet sehat juga penting diperkenalkan bagi orangtua maupun siswa agar bisa memanfaatkan internet secara positif. Internet tak hanya sekedar membantu proses komunikasi jarak jauh. Tapi juga menjadi salah satu sumber pengetahuan yang bisa mendukung materi pembelajaran di kelas.

Lembaga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memetakan lima daerah rawan bencana tsunami di pesisir selatan Jawa Barat. Mulai dari Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran.Lembaga ini juga telah berkoordinasi dengan BPBD, organisasi perangkat daerah, masyarakat, maupun sekolah untuk membangun rencana tanggap darurat bencana di wilayah ini .

Kolaborasi antarpihak menjadi kunci penting dalam menghadapi berbagai potensi bencana. Guru di sekolah dasar Kabupaten Tasikmalaya ini siap membekali pengetahuan dan keterampilan literasi digital dan isu kebencanaan. Memastikan ruang hidup komunitas sekolah mereka terlindungi data digitalnya dan mampu merespon berbagai potensi risiko bencana alam.

Related posts
ARTIKELBERITA

Kck-off Meeting Trenggalek: Mengatasi Keterbatasan Konektivitas Internet Di Tengah Ancaman Bencana

Empat sekolah SDN Kabupaten Trenggalek, seperti Wonocoyo I, Wonocoyo II, Wonocoyo III, dan Nglebeng III mengikuti acara Kick-off Meeting Peningkatan Konvektivitas Dan…
ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting Pacitan: Membedah Potensi Bencana Dan Akses Digital Sekolah

Peristiwa banjir bandang dan longsor 2017 menjadi memori tidak terlupakan bagi masyarakat Kabupaten Pacitan. Bencana ini mengakibatkan korban jiwa dan ratusan infrastruktur…
ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting Gunungkidul: Ekosistem Literasi Digital Di Area Rawan Bencana

Ada banyak tantangan dan tuntutan bagi dunia pendidikan saat melewati masa pandemi Covid-19. Seluruh aktivitas belajar di sekolah dihentikan untuk mengurangi sebaran…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *