ARTIKELOPINI

Safer Internet Day 2025: Kolaborasi Menumbuhkan Ekosistem Aman Berinternet

Dibaca 2 Menit

Februari identik sebagai bulan yang penuh pesona dengan kasih sayang. Di hampir setiap negara, 14 Februari seolah menjadi kalender hari istimewa untuk berbagi rasa cinta dengan siapapun. Namun, tahukah kamu jika setiap tanggal 11 Februari juga turut diperingati sebagai Hari Aman Berinternet Internasional atau International Safer Internet Day? Lebih dari 180 negara tergabung ke dalam gerakan ini untuk menumbuhkan ruang internet yang aman bagi siapapun.

Peringatan Safer Internet Day tentu saja semakin relevan dengan kondisi dan perkembangan internet saat ini. Keberadaan teknologi internet tak hanya bermanfaat dan telah membantu kehidupan manusia saat ini. Tapi juga menyimpan wajah sisi buruk lain yang nyata dalam keseharian manusia. Gerakan Safer Internet Day menjadi penanda peringatan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh mengorbankan kemanusiaan. Untuk tahun ini, Safer Internet Day mengangkat tema “Too good to be true? Protecting yourself and others from scams online”.

Gerakan kampanye internet yang aman dan sehat kian digaungkan oleh berbagai lembaga dan pemerintahan di dunia. Khususnya ditujukan untuk melindungi kesehatan mental anak-anak. Termasuk mengurangi risiko kejahatan digital yang semakin massif.

Generasi saat ini adalah generasi X dan Alpha yang tumbuh dan besar dalam perkembangan internet yang pesat. Keseharian generasi ini telah terpapar dan internet memiliki banyak peran dalam kehidupannya. Berbagai teknologi komunikasi saat ini juga mumpuni dan memudahkan untuk mengakses internet di manapun dalam kondisi apapun. Baik untuk meningkatkan keterampilan khusus, berkomunikasi tanpa batas, hingga berjejaring dengan siapapun.

Dua generasi native digital ini tentu saja menghadapi kerentanan internet yang lebih kompleks dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Berbagai bentuk kejahatan digital mengintai dan menjadikan anak-anak sebagai sasaran kejahatan ini. Masalah ini pun menjadi kekhawatiran bagi banyak negara dan keluarga.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah anak-anak Indonesia saat ini mencapai 79,4 juta jiwa atau 28,82 persen dari total penduduk Indonesia. Hampir 95 persen atau rata-rata anak usia 12 hingga 17 tahun mengakses internet minimal dua kali sehari sesuai hasil survei oleh Kementerian PPPA dan UNICEF pada tahun 2023.

Laporan yang cukup mencengangkan, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada April 2024, menyatakan Indonesia berada di level darurat kasus pornografi anak. Dalam kurun waktu empat tahun (2019 – 2023), konten pornografi anak mencapai 5,5 juta dan menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-4 di dunia atau ke-2 di ASEAN.

Tak hanya itu, kasus judi online juga menjerat anak-anak Indonesia. Menurut Satgas Pencegahan dan Penanganan Perjudian Daring, pemain judi online di bawah usia 10 tahun mencapai 2 persen atau menjerat 80 ribu anak.

Kasus penyebaran visual sensual secara paksa pada kalangan remaja juga menjadi salah satu bentuk dampak negatif bermedia sosial. Kasus ini banyak melanda pada kalangan remaja perempuan dari ancaman kekasih, teman di sekolah, maupun orang asing. Kelompok remaja juga menjadi kelompok rentan karena berada dalam perkembangan psikologi menghadapi kedewasaan. Kerentanan ini menjadi celah bagi untuk memanipulasi korban dalam bentuk kejahatan macam-macam.

CRI menaruh perhatian pada setiap kelompok rentan yang terancam dari setiap bentuk kejahatan digital ini. Berbagai pelatihan bagi organisasi masyarakat sipil, masyarakat, hingga komunitas sekolah menjadi bagian penting untuk membangun berkolaborasi dan berbagi pengetahuan serta pengalaman akan isu pelindungan data pribadi hingga memanfaatkan internet dengan aman dan sehat.

Program SCILLS, misalnya yang tengah berlangsung di 8 kabupaten di wilayah pesisir selatan Jawa. Mulai dari Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Kulonprogo, Gunungkidul, Pacitan, dan Trenggalek. Program ini menitikberatkan pada isu konektivitas internet dan literasi digital bagi sekolah dasar di daerah rawan bencana. Program ini melibatkan para guru, orangtua, siswa, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan keterampilan mengenai pelindungan data pribadi, keamanan data, sekaligus pemanfaatan internet secara positif di daerah wilayah rawan bencana.

Menumbuhkan ekosistem internet yang aman dan sehat adalah kewajiban kita semua. Kita tidak bisa menutup mata dari sisi gelapnya internet yang mengintai anak-anak hingga segala bentuk kejahatan siber lainnya. Safer Internet Day adalah hari untuk merefleksikan peranan internet yang positif dalam keseharian kita.

Related posts
ARSIPTERBITAN CRI

Melindungi Data Pribadi, Melindungi Hak Asasi Manusia: Modul Pelindungan Data Pribadi bagi Organisasi Masyarakat Sipil

Kesadaran akan pentingnya pelindungan data pribadi kian meningkat seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Tak terkecuali bagi organisasi masyarakat sipil (OMS), perlindungan…
ARTIKELULASAN

Rangkai Jejak Pelatihan Pelindungan Data Pribadi untuk Organisasi Masyarakat Sipil

Pelatihan PDP untuk OMS dilaksanakan berseri selama tiga kali (September-November 2023) dengan melibatkan total 102 peserta dari 51 OMS yang tersebar di seluruh nusantara.
OPINI

Sudah Amankah Kita di Hari Internet Aman?

Hari kedua pada minggu kedua di bulan kedua setiap tahunnya diperingati sebagai Safer Internet Day atau Hari Aman Berinternet atau Hari Internet…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *