ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting CRI Bersama Pemangku Pendidikan Pangandaran: Pembekalan Keterampilan Digital & Kebencanaan

Dibaca 3 Menit

Nia Sulastri, guru SD Negeri 2 Pangandaran, salah satu peserta yang mengikuti kick-off meeting program Peningkatan Jaringan Internet Sekolah & Keamanan Pelatihan Internet Bagi Guru, Orangtua, dan Murid di Wilayah Rawan Bencana Pesisir Jawa, yang berlangsung di Hotel Palma, Pangadaran, 14 Januari 2025.

Acara ini bagian dari kerja sama antara CRI dengan Pemerintahan Kabupaten Pangandaran. Program yang didukung oleh Internet Society Foundation melalui program SCILLS (Strengthening Communities, Improving Lives and Livelihoods) akan berlangsung di 8 kabupaten yang berada di pesisir kawasan rawan bencana Jawa Selatan. Mulai dari Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Kulonprogo, Gunungkidul, Pacitan, dan Trenggalek di tahun 2025 – 2026.

Nia Sulastri tampak antusias mengikuti program peningkatan literasi digital dan kebencanaan bersama peserta guru lain yang mewakili empat sekolah lainnya. Termasuk hadir perwakilan dari kepala sekolah dan pemangku dinas dari Dinas Kominfo, Dinas Pendidikan, dan BPBD Pangandaran.

Tentu, perkembangan teknologi internet dalam pembelajaran, tak asing bagi Nia Sulastri. Sosok guru muda ini terbiasa menggunakan berbagai aplikasi komunikasi jarak jauh, seperti Zoom atau Google Meet. Dua aplikasi populer yang kini banyak digunakan orang untuk bertatap muka secara daring. Selain itu, ia juga biasa menggunakan aplikasi Canvas agar materi pembelajaran semakin menarik dan kreatif.

“Kemarin saya juga ngasih tugas bikin surel bagi anak-anak dan ternyata mampu. Anak-anak sekarang lebih pintar menggunakan gawai,” kata Nia Sulastri menjelaskan anak didiknya sebagai bagian dari Gen Z dan Gen Alpha yang lahir pasca 2010. Dua generasi ini tak asing dengan perkembangan teknologi dan internet. Baik sebagai alat pembelajaran maupun hiburan. “Tapi peran orangtua juga penting untuk mengawasi dan mendampingi anak-anak di rumah,” ujarnya.

Nia Sulastri, guru yang aktif menggunakan internet sebagai media pembelajaran maupun kebutuhan komunikasi sehari-hari. Ia berharap pelatihan ini akan memberi bekal tambahan mengenai literasi digital sekaligus pengetahuan mengenai kebencanaan.

“Saya juga menyaksikan saat tsunami Pangandaran tahun 2006. Saat itu masih remaja,” ujarnya. Peristiwa bencana alam di Pangandaran ini membekas bagi sosok Nia. Termasuk pengalaman saat beradaptasi saat wabah Covid-19.

“Saat tsunami 2016 saya masih pelajar dan aktivitas belajar itu libur. Beda saat masa Covid. Anak-anak bisa belajar lewat pembelajaran jarak jauh. Sekalipun sulit,” ujarnya.

Program SCILLS yang diampu oleh CRI bersama Pujiono Center ini akan melibatkan di 36 sekolah atau memberikan manfaat bagi 720 murid, 108 guru, dan 360 orangtua di wilayah pesisir pantai. Keterampilan literasi digital, konektivitas internet, maupun kebencanaan menjadi bekal bagi para penerima manfaat agar waspada akan potensi bencana, seperti gempa dan tsunami di wilayah pesisir.

“Kita tidak bisa dipisahkan dari kemajuan teknologi dan internet. Bagi pendidikan dan juga kebencanaan. Saya harap para guru meningkatkan dan memanfaatkan program ini,” ujar Jeje Wiradinata, Bupati Pangandaran. Ia mengingat saat tsunami Pangandaran di tahun 2006 saat perkembangan teknologi masih terbatas. Berbeda dengan kondisi sekarang saat ada teknologi Early Warning System dan konektivitas internet di Pangandaran.

Kabupaten Pangandaran berada dalam kawasan yang berhadapan dengan Samudera Hindia dan termasuk zona rawan tsunami. Saat peristiwa tsunami 2006, Pangandaran mengalami kerusakan infrastruktur dan 600 korban kehilangan jiwa yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2006.

Untuk itu, pendidikan kebencanaan dan teknologi saat ini menjadi perhatian untuk mengurangi kerusakan dan korban jiwa. Terlebih bagi dunia pendidikan agar bisa melakukan mitigasi kebencanaan dan membantu proses pembelajaran saat terjadi bencana.

“Keberadaan internet juga sangat membantu sebagai teknologi pembelajaran jarak jauh saat Covid-19,” Ferdhi Putra, Direktur Ad Interm CRI saat ini.

Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) memang menjadi prioritas Pemerintah Indonesia agar generasi muda ke depan memiliki pengetahuan dan keterampilan akan kebencanaan. Sekolah bisa menjadi titik awal untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan hidup bagi siswa yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Pengalaman para penyintas, kebijakan pemerintah, infrastruktur kelembagaan terkait kebencanaan, hingga pengetahuan berbasis sains, bisa menjadi materi dan pengetahuan penting bagi anak-anak sekolah. Termasuk merancang pengetahuan mengenai peta kebencanaan dan tingkat risiko bencana di lingkungan sekolah.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menetapkan Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada tahun 2019 bagi jenjang sekolah yang berada di wilayah rawan bencana sebagai bentuk perlindungan kepada peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekitar sekolah.

Dokumen Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2015 – 2045 yang dirilis oleh Bappenas dan BNPB mengatakan tsunami di Indonesia memiliki tingkat risiko sangat tinggi dan tinggi. Jumlah penduduk yang terpapar oleh bencana ini diperkirakan mencapai 5 juta jiwa yang terjadi di wilayah Mentawai, Selat Sunda, Jawa Selatan, Bali, Nusa Tenggara hingga Papua bagian utara.

“Tapi orangtua siswa juga punya keterbatasan pada alat dan akses jaringan internet,” ujar Fitriani, guru SD Negeri 4 Pangandaran. Ia berharap program yang akan dilaksanakan oleh CRI nanti bisa membantu meningkatkan literasi digital dan kebencanaan di Pangandaran. Khususnya bagi guru dan anak-anak sekolah.

Related posts
ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting Pacitan: Membedah Potensi Bencana Dan Akses Digital Sekolah

Peristiwa banjir bandang dan longsor 2017 menjadi memori tidak terlupakan bagi masyarakat Kabupaten Pacitan. Bencana ini mengakibatkan korban jiwa dan ratusan infrastruktur…
ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting Gunungkidul: Ekosistem Literasi Digital Di Area Rawan Bencana

Ada banyak tantangan dan tuntutan bagi dunia pendidikan saat melewati masa pandemi Covid-19. Seluruh aktivitas belajar di sekolah dihentikan untuk mengurangi sebaran…
ARTIKELBERITA

Kick-off Meeting SCILLS Kebumen: Mengurai Pengalaman Praktik Pembelajaran Jarak Jauh

17 Juli 2006 menjadi peristiwa penting saat gempa dan tsunami terjadi di wilayah pantai selatan Jawa. Gempa berkekuatan 6,8 SR di Samudera…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *