Buruh migran merupakan salah satu penghasil devisa bagi Indonesia. Kontribusi tersebut signifikan dan nyata terhadap ekonomi negara, bukan sekadar jargon. Namun ironinya, nasib buruh migran seringkali tidak sepadan dengan jasa mereka.
Tak jarang buruh migran mengalami penyiksaan dan berbagai perlakuan tidak adil lainnya di tempat kerjanya. Saat jauh dari tanah airnya, buruh migran kita harus berjuang sendiri menghadapi berbagai perlakuan yang tidak adil. Andai kata diperlakukan sewajarnya pun, para buruh migran harus bisa beradaptasi dengan budaya dan sistem ekonomi-politik yang berbeda dengan negara asalnya.
Bila mereka berhasil beradaptasi secara sosial dan budaya, serta terhindar dari perlakuan tidak adil di negara tujuan, bisa dikatakan buruh migran telah melakukan migrasi aman. Namun, tak sedikit buruh migran yang gagal menjalankan migrasi aman. Bahkan, saat ini, ancaman buruh migran bertambah dengan merebaknya paham intoleransi berbasiskan pemahaman agama yang keliru. Ancaman itu adalah terjerumusnya buruh migran dalam ideologi kekerasan; terorisme.
Konsep migrasi aman akan sekadar menjadi jargon dalam pidato-pidato bila tidak memiliki pijakan yang kuat untuk mengimplementasikannya. Seiring dengan meningkatnya tantangan dan ancaman keselamatan buruh migran, pijakan dalam mengimplementasikan migrasi aman tidak cukup hanya sekedar keterbukaan informasi. Migrasi aman perlu sebuah keterbukaan pengetahuan.
Keterbukaan informasi penting bagi buruh migran untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat bagi kehidupannya. Sementara keterbukaan pengetahuan menjadikan buruh migran memiliki kompetensi atau kemampuan untuk melakukan replikasi (mengulang) praktik-praktik baik yang sudah dilakukan buruh migran di negara lain. Bukan hanya itu, keterbukaan pengetahuan juga memungkinkan buruh migran memiliki kompetensi untuk melakukan improvisasi dan inovasi dari praktik-praktik baik buruh migran di negara lain.
Keterbukaan pengetahuan mensyaratkan adanya proses berbagi pengetahuan. Di era kemajuan teknologi informasi dan pengetahuan, proses berbagi pengetahuan antar buruh migran bisa dilakukan secara cepat menggunakan platform digital. Salah satunya dengan menggunakan website.
Pusat Sumber Daya Buruh Migran melalui websitenya, buruhmigran.or.id, adalah salah satu website yang memfasilitasi aktivis buruh migran bukan saja berbagi informasi namun juga berbagi pengetahuan.
Di dalam website tersebut terdapat berbagai rubrik untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Rubrik ‘Berita’, misalnya, berisi peristiwa terkini tentang pekerja migran Indonesia yang perlu segera diketahui oleh pekerja migran itu sendiri dan keluarganya. Hingga tulisan ini dibuat (11/8/2020) sudah ada 958 artikel berita yang dipublikasi di rubrik tersebut. Penulis dari rubrik ini pun adalah para aktivis atau penggiat buruh migran dari berbagai wilayah.
Rubrik yang berisi informasi lainnya adalah ‘Info Negara Tujuan’ dan ‘Investigasi’. Rubrik Info Negara Tujuan berisi tentang budaya, karakter dan mekanisme kerja di negara tujuan. Dengan membaca rubrik ini para buruh migran dapat mengambil keputusan yang tepat dalam beradaptasi di negara tujuan. Hingga tulisan ini dibuat sudah ada 23 artikel yang dipublikasi di rubrik itu. Penulis dari rubrik itu pun berasal dari penggiat buruh migran.
Sementara itu untuk rubrik Investigasi berisi konten investigasi yang meliputi jejak kasus dan wawancara. Hingga tulisan ini dibuat sudah ada 24 artikel yang dipublikasi di rubrik itu.
Bukan hanya ada rubrik berbagi informasi. Di website itu juga ada rubrik yang berisi konten pengetahuan. Rubrik yang berisi konten pengetahuan itu antara lain rubrik ‘Kiprah’ dan ‘Panduan’. Rubrik Kiprah berisi konten cerita dan pembelajaran dari buruh migran atau mantan buruh migran dalam melanjutkan perjuangan hidup. Buruh migran yang menjadi pembaca rubrik ini dapat belajar dari pengalaman buruh migran lainnya dan kemudian melakukan replikasi bahkan modifikasi pengalaman disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Hingga tulisan ini dibuat sudah ada 115 artikel yang dipublikasi di rubrik ini.
Rubrik yang berisi konten pengetahuan lainnya adalah rubrik Panduan. Jika dalam rubrik Kiprah berisi pembelajaran yang banyak menjawab pertanyaan mengapa (know why), maka dalam rubrik Panduan ini berisi konten yang lebih banyak menjawab pertanyaan bagaimana (know how) melakukan cara sebuah pekerjaan atau kegiatan. Di rubrik itu misalnya ada konten yang berisi panduan bagaimana mengurus Jutkin dalam situasi Covid-19. Jutkin merupakan perjalanan pergi ke wilayah Macau atau Shenzhen untuk kemudian kembali ke Hong Kong. Pengetahuan dalam artikel ini tentu penting diketahui oleh buruh migran yang bekerja di Hong Kong.
Di rubrik Panduan itu pula misalnya juga ada artikel tentang panduan jika paspor rusak atau hilang ketika di Malaysia. Pengetahuan ini tentu penting diketahui oleh buruh migran yang ada di Malaysia.
Website Pusat Sumber Daya Buruh Migran telah berisi banyak pengetahuan eksplisit. Sejengkal lagi website ini bisa menjadi sebuah portal pengetahuan (knowledge portal) bagi komunitas buruh migran. Untuk mencapai ke arah itu ada beberapa tantangan yang perlu dilewati.
Pertama, perlunya memperkuat keterampilan mendokumentasikan pengetahuan para penulis atau kontributor dari website Pusat Sumber Daya Buruh Migran. Keterampilan mendokumentasikan pengetahuan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan mendokumentasikan sebuah peristiwa (5W+1H). Namun, dalam mendokumentasikan pengetahuan, aspek yang harus ditekankan adalah aspek How (bagaimana) dan Why (mengapa). Selain itu dalam mendokumentasikan pengetahuan lebih banyak dengan gaya storytelling (bercerita). Kenapa berbentuk cerita? Selain akan lebih enak dibaca juga pembaca akan lebih mudah mengambil pembelajaran dari tulisan yang berbentuk cerita.
Kedua, memperkaya rubrik-rubrik pengetahuan yang bersifat interaktif sesuai kebutuhan penggiat buruh migran. Konten pengetahuan yang bisa memperkaya rubrik pengetahuan itu misalnya self-assessment (penilaian secara mandiri) mengenai kinerja organisasi serikat-serikat buruh migran. Hasil dari self-assessment itu kemudian menjadi pijakan untuk mengakses learning material (material pembelajaran) yang ada di website itu juga.
Ketiga, mungkin perlu dibangun rubrik diskusi forum. Di dalam rubrik diskusi forum ini, aktivis buruh migran dapat melakukan diskusi secara online terkait dengan tema-tema yang diminati. Adanya rubrik diskusi forum ini untuk menjembatani pengetahuan-pengetahuan yang tidak cukup hanya dibagikan melalui modul dan pembelajaran.
Apapun tantangannya dalam membangun knowledge portal bagi buruh migran ini, apresiasi perlu disampaikan kepada Infest (Institute of Education Development, Social, Religious and Cultural Studies), sebuah organisasi masyarakat sipil yang telah memfasilitasi munculnya website Pusat Sumber Daya Buruh Migran.
Website yang sekarang sudah ada sudah cukup untuk menjadi pijakan awal bagi munculnya knowledge portal bagi penggiat buruh migran. Bahkan lebih jauh lagi website ini dapat menjadi langkah awal bagi tumbuhnya ekosistem pengetahuan untuk memperkuat gerakan buruh migran di Indonesia. Inisiatif membangun knowledge portal ini perlu terus direplikasi dan dimodifikasi sesuai dengan dinamika sosial yang terjadi.[]