Salah satu pertanyaan reflektif yang (mestinya) kerap muncul di antara organisasi masyarakat sipil termasuk LSM adalah, apakah keberadaannya benar-benar membawa dampak positif bagi warga yang berdaya atau sebaliknya justru sekedar menjadikannya komoditas. Tentu yang dimaksud warga adalah masyarakat marjinal dalam segala aspek. Dan juga tentu pertanyaan itu mesti dijawab secara jujur, tanpa polesan yang sekedar bertujuan “beriklan”.
Combine Resource Institution (CRI) selama 2015 mencoba memberikan ruang lebih banyak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selama proses bersama warga, baik dalam kerangka implementasi program formal maupun kesempatan-kesempatan “dolan”, kami mencoba menjaring cerita dan memotret realita.
Beberapa perubahan memang dilakukan CRI pada tahun 2015 ini, mulai dari struktur maupun strategi. Termasuk konsep dasar program yang kami kembangkan, seperti Sistem Informasi Desa (SID) dan jurnalisme warga juga coba ditata ulang agar bisa merespon perkembangan situasi sekitar.
Berbekal konsep yang kembali segar itulah, kami mencoba memperkaya pengalaman lembaga dengan menggali inisiatif dan pengalaman melalui jejaring baru, misalnya dengan komunitas perempuan perajin tenun di Sumba Barat Daya. Kami menguji apakah inovasi pengelolaan informasi yang selama ini kami miliki juga bisa menjadi sumber inspirasi baru bagi komunitas yang minim sentuhan teknologi komunikasi, seperti halnya kami terinspirasi dari mereka. Demikian juga dengan jaringan yang sudah, kami mencoba menguatkan dengan kolaborasi menggarap isu yang berbeda dari sebelumnya, seperti perlindungan jurnalis warga misalnya.
Kesempatan saling belajar dengan komunitas, yang sebenarnya tidak baru, namun bersama dapat menghasilkan sesuatu yang segar juga menjadi bagian menyenangkan di perjalanan CRI tahun ini. Ambil contoh komunitas di Desa Borobudur dengan Radio Komunitas MGM serta rintisan wisata berbasis komunitasnya.
Tahun ini beberapa program kerja sama juga secara resmi berakhir, antara lain SEATTI-HIVOS. Namun bagi CRI, akhir program semacam itu lebih merupakan penanda formal. Secara informal, proses saling dukung, saling belajar dan saling mendampingi terus berlangsung dengankomunitas, donor maupun sesama organisasi masyarakat sipil. Menjalani proses lestari untuk terus saling bekerja bersama yang berdampak baik.
LAPORAN-TAHUNAN-2015