Istilah berpikir global bertindak lokal (think global act local) yang begitu terkenal itu akhirnya memang bisa diartikan dalam konteks apa saja, termasuk yang belakangan paling sering adalah di bidang pemasaran global. Namun sejatinya istilah ini muncul dalam konteks sosial.
Rasanya boleh juga diterjemahkan bahwa istilah ini bentuk pengakuan pada kekuatan komunitas lokal. Namun agaknya penganut istilah ber pikir global bertindak lokal ini rujukan utamanya tetap konsep dan pemikiran global yang diterjemahkan sesuai kondisi lokal. Misalnya di negara asalnya jualan utamanya hamburger, begitu di Indonesia jadi nasi, ayam goreng dan perkedel. Padahal sesungguhnya konsep global, termasuk di dalamnya ada sebutan kapitalisme global, sudah terbukti kalah “sakti” dengan kebijaksanaan lokal.
Saat krisis ekonomi global melanda pada 2008, Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM) membuktikan diri mampu bertahan dan bahkan ikut menopang Indonesia dari kejatuhan yang dalam. Demikian pula sebelumnya saat senjakala orde baru 1997-1998. Mereka ini termasuk para pedagang yang mengan dalkan proses transaksinya dengan cara tradisional, tanpa utang pada bank tapi konsumennya boleh utang berbasis kepercayaan dan catatan di secarik kertas, serta menjual barang yang memang benar-benar dibutuhkan oleh warga di sekitarnya dan bukan menciptakan kebutuhan. Mereka ini jumlahnya jutaan orang, dan merekalah sebenarnya tulang punggung ekonomi Indonesia.
Perkembangan teknologi komunikasi dan jaman yang serba modern membuat para pengambil kebijakan dan penguasa bisnis kelas gurita kerap melupakan kekuatan komunitas ini. Menjejalkan tambang di daerah pertanian, membiarkan stasiun-stasiun televisi menyebarkan keburukan melalui beragam prog ram siarannya yang mengambil jatah frekuensi publik, hingga membiarkan harga buku menjadi sangat mahal adalah segelintir contohnya.
Bila tak ada aral melintang, April mendatang CRI akan menghadirkan realitas ini melalui Jagongan Media Rakyat, acara dua tahunan yang menginjak kali ke empat. Seperti tersaji dalam edisi ini, kita butuh kembali diingatkan oleh komunitas bahwa mereka memiliki kemampuan luar biasa dan terkadang hanya butuh teman, bukan tuan.