MAJALAH KOMBINASI

Edisi 61 : Kendali Atas Air Kendali Atas Kehidupan

Dibaca 1 Menit

Pada sebagian besar film pro­duksi Hollywood yang ber­te­ma kehancuran kehidupan di dunia masa depan, barang yang selalu diposisikan amat berharga ada­lah air. Tengok film Book of Eli (2010) misalnya. Saat situasi serba kacau tan­pa aturan, yang dicari pertama oleh para perampok jalanan adalah air, ba­ru kemudian barang lainnya yang bisa ditukarkan dengan air.

Demikian pula dengan film doku­menter Belakang Hotel (2014) yang sejak akhir tahun lalu mulai banyak di­putar di berbagai tempat, dia bertu­ tur tentang air. Krisis air menjadi dam­pak yang paling mendera warga, dari pembangunan hotel yang tak terkon­trol. Dampak pembangunan hotel yang berlebihan bisa bermacam-macam, tetapi ternyata yang paling membuat warga menderita adalah air.

Simak perhitungan ang­ka-ang­ka be­rikut. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memperkira­kan kebutuhan anggaran sebesar Rp 253 triliun untuk menyediakan akses air minum 100% di seluruh Indone­sia hingga 2019. Hingga 2014 cakup­an pelayanan air minum baru menca­pai 70,05% persen.

Ketika masih ada sekitar 30% ma­syarakat yang belum terlayani air la­yak minum, data Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menyebutkan masyarakat Indonesia menghabiskan 23,1 miliar liter air minum dalam kemasan (AM­DK) pada 2014, meningkat 11,3% di­ bandingkan 2013. Apakah itu berarti orang yang belum terlayani terpaksa membeli produk AMDK sehingga pen­jualannya meningkat? Logika seder­hananya begitu, tapi tentu butuh pe­nelitian lain agar lebih akurat.

Yang jelas, pemain utama produ­sen AMDK saat ini sahamnya dimiliki asing. Aqua misalnya, dimiliki Danone asal Perancis. Tahun lalu, secara glo­ bal keuntungan yang diraih Danone mencapai $1,27 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun dengan asumsi kurs Rp 13 ribu per dollar. Pada situs resminya disebutkan “very strong perfor­mances by Aqua”. Artinya penjualan Aqua, memberi kontribusi yang sig­nifikan di saat produk lainnya cende­rung stagnan atau menurun.

Atau lihatlah Ades, yang dimiliki Coca Cola maupun Club yang dibeli Asahi Indofood, perusahaan patung­an Jepang-Indonesia. Intinya, air yang ada di Indonesia, dijual lagi kepada orang Indonesia, dan keuntungannya melayang menuju negara-negara yang air kerannya saja sudah bisa langsung diminum.

Dari semua gambaran itu, wajib hu­kumnya pengelolaan air ber­dasar prin­sip pasal 34 UUD 1945. Per­juangan masyarakat mendapatkan ak­ses air adalah perjuangan mendapat­kan hak.

Tulisan dalam liputan utama edisi ini melukiskan perjuangan mendapatkan hak itu, yang harusnya adalah kewa­jiban negara untuk me­menuhinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *