BERITA

Greget Desa – Tata Kelola Desa untuk Kesejahteraan

Dibaca 6 Menit

Gagasan awal kegiatan ini bermula saat Combine ingin mengadakan workshop tentang pemanfaatan Sistem Informasi Desa. Gagasan ini kemudian bertemu dengan rencana Idea mengadakan seminar nasional yang juga bertema tentang SID. Akhirnya saat berjumpa dengan masyarakat Desa Nglanggeran yang kebetulan memiliki agenda festival budaya, maka muncullah kesepakatan mengadakan acara besar bersama antara Combine, Idea, SIAR, dan masyarakat desa Nglanggeran bertajuk Nglanggeran Culture Festival.

Rangkaian acara dilakukan di sekitar Balai Desa Nglanggeran yang terkenal dengan kompleks gunung purbanya pada 13 hingga 15 Desember 2013. Greget Desa, sebagai bagian dari Nglanggeran Culture Festival, berisi workshop paralel tentang SID. Acara pembuka Nglanggeran Culture Festival ini berisi 10 kelas workshop yang diadakan secara paralel dengan peserta baik dari masyarakat dan perangkat desa serta mitra dan berlangsung seharian penuh.

Hari kedua mulai pagi hingga sore diadakan seminar nasional. Ada 2 sesi, yang pertama membahas soal AKP (Analisis Kemiskinan Partisipatif),  yang kedua membahas tentang SID. Malam harinya diisi dengan nonton bareng Video Dokumenter tentang AKP dan Karya video komunitas dari teman-teman pemuda desa Nglanggeran.

Hari Minggu merupakan puncak acara Nglanggeran Culture Festival diisi dengan kirab budaya dan festival kesenian. Payung Nglanggeran Culture festival dimaknai sebagai wujud untuk mempertemukan antara budaya masyarakat Desa Nglanggeran yang sudah ada secara turun temurun dengan budaya baru yang dicoba untuk dibangun di desa Nglanggeran, contoh kongkritnya acara berlebel Nglanggeran Culture Festival ini kita semua bisa menghadiri dan melihat kegiatan yang bisa menampilkan karya-karya budaya dari generasi sebelumnya maupun karya budaya saat ini sedang diciptakan oleh masyarakat sendiri. AKP dan SID itu dilihat sebagai karya budaya yang bisa memperkaya khasanah budaya selain bahwa Desa Nglanggeran sendiri telah mempunyai kehidupan budaya dengan kearifan lokalnya sendiri.

Media Tempat Berkumpul

Momentum berkumpulnya desa-desa yang menerapkan SID ini dimulai dengan belajar bareng tentang potensi pemanfaatan SID lebih jauh ke depan setelah mengawali SID dengan membangun data dasar kependudukan disetiap desa dan kemudian bisa digunakan untuk mengolah data-data administrasi kependudukan dasar dan pelayanan publik dasar, disini kita bisa mengajak desa-desa itu untuk saling bertemu kemudian berdiskusi dengan beberapa pakar yang dihadirkan, agar desa melihat potensi kebermanfaatan SID lebih jauh kedepan dengan isu-isu yang sesuai kebutuhan desa masing-masing. Salah satu model yang dapat di contoh adalah salah satunya yang sudah diterapkan di Gunugkidul yang sejak 2 tahun terakhir yang mencoba membangun model analisis kemiskinan partisipatif dengan dukungan olah data yang digunakan dengan SID. Lokasi tempat berkumpul ini dipilih Desa Nglanggeran dikarenakan salah satu desa percontohan yang telah menerapkan analisis kemiskinan partisipatif dengan SID dengan proses yang cukup lancar. Sehingga kita berharap bahwa ketika desa-desa berkumpul disini selain bisa berdiskusi juga bisa melihat contoh langsung bagaimana desa Nglanggeran ini menerapkan atau megelola sistem yang mereka miliki selama ini secara langsung di desa.

Jadi, apa yang di lakukan di Gunungkidul ini adalah hasil kolaborasi antara Combine dan Idea sejak 2 tahun yang lalu khusunya pada upaya untuk membangun model penerapan SID yang digunakan untuk mendukung proses analisis kemiskinan partisipatif baik ditingkat desa maupun daerah. Combine dan Idea berbagi peran, idea sebagai lembaga yang memang fokus pada ranah analisis angggaran dan studi ekonomi lebih banyak berperan memfasilitasi bidang abalisis kemiskinan sementara Combine yang bergiat diranah manajemen informasi berperan untuk mengembangkan sistem informasi yang bisa mewadahi kebutuhan akan fungsi-fungsi analisis kemiskinanan dan pemanfaatanya.

Tujuan

Greget desa ada beberapa bertujuan yang pertama ada hubungannya dengan proses penerapan Sistem Informasi Desa (SID) yang sekarang sudah diterapkan di sejumlah kabupaten dan wilayah di Jogja, Jateng dan luar Jawa. Kedua mengumpulkan desa-desa yang sudah menerapakan SID atau yang baru mulai menerapkan SID karena sejak pengembangannya dari tahun 2009 hingga sekarang SID sudah berkembang ke versi yang lebih baru dengan fungsi yang lebih baru menyesuaikan dengan kebutuhan desa yang selama ini sudah menerapkan SID. Pertemuan antar desa penerap SID bersama-sama terakhir pernah dilakukan cukup lama pada tahun 2011 yang lalu sehingga kita memandang bahwa sekarang sudah menjadi waktu yang penting pula untuk kembali mengumpulkan desa-desa yang menerapkan SID yang semakin beragam asal wilayah maupun konteks isu yang menjadi latar belakang situasi di masing-masing desa.

Seminar Nasional

Selain pertemuan antar desa, momentum ini juga kita manfaatkan untuk mempublikasikan inisiatif tentang AKP dan SID tadi ke level nasional sehingga kita juga mengadakan agenda seminar nasional untuk membahas AKP dan SID tadi dengan menghadirkan para narasumber yang mewakili para pihak dari tingkat desa, daerah dan nasional. Untuk isu (Analisis kemiskinan Partisipatif) AKP, seminar itu menghadirkan kepala desa Nglegi sebagai nara sumber untuk mewakili inisiatif ditingkat desa atau lokal, kemudian juga dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan TNP2K ( Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), yang mewakili pihak-pihak yang berkepentingan ditingkat nasional. Kemudian untuk SID, meminta tim SID dari desa Nglanggeran yang diwakili staf pemerintah desa setempat sebagai narasumber untuk tingkat lokal yang nanti akan berdampingan dengan perwakilan dari Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kementrian Dalam Negeri yang nanti bisa mendiskusikan secara lebih lebih dalam bagaimana penerapan SID ditingkat lokal, desa itu bisa terhubung kepentingannya dengan sistem pemerintah yang sudah terbangun dari level nasional hingga lokal.

Diluar acara diskusi dan seminar ini, kita berharap para tamu undangan yang hadir selain pemerintah desa, perwakilan komunitas desa, dan juga anggota para pegiat organisasi mitra jaringan SAPA (Strategic Alliance for Poverty Alleviation) dari seluruh Indonesia juga bisa melihat langsung dan berinteraksi dengan lingkungan budaya dan alam di desa Nglanggeran yang cukup menarik untuk dilihat, sehingga yang dipelajari tidak hanya di dalam kelas, tetapi ketika berinteraksi dengan warga desa Nglanggeran.

Jadi kolaborasi seperti yang sudah dilakukan di Gunungkidul kita harapkan bisa terjadi pula di daerah-daerah lain, Combine sendiri juga sudah melakukan itu misalnya diluar Jawa, terutama di NTT, NTB, Sulawesi bekerjasama dengan lembaga-lembaga lokal disana yang di jaringkan oleh ACCESS, di Kebumen juga telah bekerjasama dengan FORMASI untuk penerapan SID, di lingkar Merapi juga bekerjasama dengan FMYY dan UNDP sebagai contoh dalam proses penerapan dan pengembangan serta pemanfaatan SID. Skema kolaborasi kerja-kerja seperti ini kedepan harus terus di optimalkan oleh Combine, ketika berbicara SID mulai dari tahap pengembangan sampai penerapan dan mengintegrasikannya dengan sistem yang di kelola oleh para pihak itu tidak bisa sendirian, sehingga ketika ada kolaborasi ada peran yang terbagi dari satu dengan yang lain diharapkan berjalan dapat lebih optimal.

Tantangan yang di Hadapi

Ada 2 hal tantangan yang di hadapi, adalah masalah teknis dan non-teknis. SID sebagai sebuah sistem informasi yang berbasis teknologi informasi komputer memang punya tahap proses pengembangan sejak tahun 2009 hingga sekarang versi 3.0, dan pada perjalananannya selama 3-4 tahun ini memang dari sisi teknis banyak dinamika yang terjadi tetapi sekarang SID bisa menjadi sistem informasi yang lebih stabil sehingga kedepan dalam proses penerapannya bisa relatif menjamin bahwa para penggunananya yaitu komunitas desa bisa optimal dalam pemanfaatan SID.

Masalah nonteknis, disisi penerapannya memang salah satu tantangan terbesar untuk menerapkan di desa atau kampung dalam konteks perkotaan adalah membangun tim kerja yang bisa solid dan terbuka untuk mengelola kolaborasi membangun SID, walaupun SID dibangun pintu masuknya melalui pemerintah desa karena tahap pertama yang dibangun adalah data dasar kependudukan tetapi SID mutlak memerlukan partisipasi dan kolaborasi dari kelompok masayarakat dan warga desa yang lain baik ketika membangun data dasar kependudukannya sendiri atau ketika dalam tahap mengembangkan fungsi-fungsi manfaat SID ini untuk mewadahi isu-isu yang lain seperti kesehatan, pendidikan, pertanian dan sebagainya. Dari pengalaman yang terbatas selama ini memang tidak semua desa bisa punya kemampuan atau kapasistas mengelola tim kerja dan jaringan kerja antara desa dengan komunitas warga desa dengan baik tetapi proses itu akan selalu terus didorong untuk dipelajari satu sama lain baik oleh desa sendiri maupun oleh Combine yang berperan sebagai fasilitator. Justru kita berharap SID menjadi alat untuk meningkatkan dan mendekatkan interaksi hubungan kerjasama yang mutualistik antara pemerintah desa sebagai representatif warga desa sendiri dengan masyarakat desanya. SID sebagai alat memang di desain harus memiliki aspek partisipatif dan kolaboratif dalam pembangunan dan pengelolaannya. Walaupun dalam banyak kasus ada banyak tantangan pada tahap penerapan dan pemanfaatanya, tetapi proses itu jika bisa konsisten dikelola pasti kami optimis bisa semakin memperbaiki kualitas interaksi dan kerjasama di tingkat desa, salah satu wujudnya antara lain bisa dibaca yaitu terkelolanya SID dengan baik dan manfaatnyapun bisa tersampaikan ke komunitas seperti yang diharapkan seperti diskusi SID itu sendiri.

Harapan

SID di Combine adalah sebuah platform yang mendasari kerja-kerja community base network kalau kita bicara internal di Combine, sehingga SID harus bisa benar-benar dibangun sebagai platform yang mendasari baik untuk isu keterbukaan informasi atau kebebasan berekspresi di Suara Komunitas atau soal keselamatan dan keamanan di tikus darat, maupun untuk kemandirian dan keberdayaan di Pasar Komunitas maupun di Lumbung Komunitas. Dan keluarnya kita berharap di luar Combine, SID harus bisa menjadi wadah atau alat tidak hanya berfungsi mengolah data yang lebih akurat, efektif dan efisien. Tetapi lebih jauh SID bisa menjadi media yang menghubungkan antar pihak ditingkat komunitas, atau desa atau kampung. Agar kerja-kerja pembangunan masyarakat di tingkat komunitas desa atau kampung itu bisa lebih semakin dekat dengan manfaat yang sebenarnya. Media yang dihimpun dan kemudian dibentuk dengan namanya SID itu kita harapkan bisa terus dipelajari untuk semakin disempurnakan, karena tentu saja kita tidak bisa bergantung pada satu atau dua pilihan teknologi seperti software, komputer, radio, televisi dan semacamnya tetapi lebih jauh kita juga melihat bagaimana media apapun yang ada di desa dan siapapun yang menjadi pengelola media-media itu harus dapat dihubungkan dengan media yang lain agar aspek manfaat itu bisa semakin dekat dengan level manfaat yang di harapkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *