BERITA

Mengembalikan Cerita Kampung Dengan Bahasa Lokal

Dibaca 1 Menit

Cerita kampung tidak harus selalu merujuk pada cerita-cerita masa lalu, kearifan lokal, dan tradisi. Tetapi juga yang berlangsung sampai saat ini. Cerita kampung juga bisa menceritakan kampungnya kepada orang kampungnya itu sendiri. “Ini seperti jebakan kalau kita menceritakan tentang kampung dalam bahasa kita. Kesannya seperti berbau wisata karena diungkapkan oleh orang lain. Bisakah cerita kampung dikisahkan oleh orang (pelakunya) itu sendiri? Demikian disampaikan Roem Topatimasang, dalam diskusi apresiasi karya peserta Festival Cerita Kampung yang diputar di Festival tersebut.

Dalam sesi apresiasi karya, empat cerita diputar antara lain; Tradisi Metik, Kampung Batik Tancep : Generasi Penerus Pembatik Kuno, dan cerita Membasmi Pencuri Ternak. Para peserta aktif juga diminta tanggapannya tentang tentang karya yang diputar tersebut. Menurut Buono, pembuat cerita Tradisi Metik, dulu tradisi ini telah diceritakan turun temurun dari orang tua ke anaknya. Mengapa kami tidak mencari penutur atau pengisah cerita metik? Karena memang sudah tidak ada lagi cerita itu,”ujar Buono dari Mandiri FM, Pekalongan Jawa Tengah.

Menurut Roem, tidak salah ketika kita menciptakan cerita tentang kampung. “Yang jadi masalah cerita-cerita itu katanya sudah tidak ada lagi. Ada baiknya cerita kampung itu dikembalikan ke kampung atau dikembalikan ke masyarakat dan orang-orang kampung cerita tentang masalah kesehariannya,” lanjutnya. Ia mencontohkan negara Amerika Latin merupakan salah satu dari negara di dunia yang masih menjaga kearifan lokanya. Dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan bahasanya sendiri yaitu bahasa Spanyol. Dalam sistem pendidikannya diajarkan dwi bahasa yaitu Spanyol dan Inggris.

Bahasa adalah tanda diri. Kalau bahasa sudah hilang tentu semua bisa ikut hilang termasuk budaya dan tradisi yang ada di dalamnya. “Di kita bahasa lokal sudah mulai hilang. Bahasa Jawa diuntungkan karena penduduknya banyak, jadi masih ada bahasa Jawa. Di Papua, orang disana menggunakan bahasa Indonesia,” tutur Roem. Media lokal punya peran memuat cerita maupun berita lokal yang terjadi sehari-hari. Cerita rakyat atau kampung akan lebih menarik jika diceritakan dalam bahasa daerahnya masing-masing. Jika tidak, bahasa lokal akan punah jika tidak dipakai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *