BERITA

Jalin Merapi Bagi Cerita di Obeng

Dibaca 3 Menit

Secara khusus “Obeng III” mengundang Jalin Merapi. Satu gerakan on line bantu penanganan bencana alam.

Hanya terlihat asap tebal menggumpal di langit. Beberapa detik kemudian, suara saling memerintah terdengar riuh, “Turun turun. Turun turun.” Barulah terlihat puluhan orang yang memakai masker dan tidak, mulai berlarian agak tidak teratur. Tampak kepanikan di antara mereka. Apalagi, asap mulai menebal dan besar. Seperti terus mendekati mereka.Awalan film “Jalin Merapi – Behind the Aller Level (2007)”, yang berdurasi 14 menit lebih 46 detik itu, jadi pemantik diskusi antara tim admin Jalin Merapi dengan para blogger yang tergabung dalam Komunitas Blogger Bengawan di Surakarta, Sabtu (13/8) malam. Pada gelaran “Obrolan Bengawan (Obeng)” yang ketiga tersebut, Komunitas Blogger Bengawan mengundang para admin Jalin Merapi berbagi cerita seputar pengalaman membantu penanganan bencana alam Gunung Merapi.

Obeng, yang merupakan agenda bulanan Komunitas Blogger Bengawan tersebut, pada malam itu sudah masuk pada putaran ketiga. Pada Obeng-obeng yang sudah, biasanya para blogger hanya berkumpul dengan komunitas-komunitas lain. Saling bercerita seputar kegiatan dan keberadaan komunitas. Untuk Obeng kali ini, Blogger Bengawan berharap, dengan kedatangan tim admin Jalin Merapi, para blogger yang hadir bisa memetik pengalaman dari kerja Jalin Merapi.
Surakarta, sama halnya seperti daerah-daerah lain, diakui oleh para blogger Komunitas Blogger Bengawan cukup besar berpotensi kena bencana alam. Terutama tanah longsor dan banjir. “Jadi kita ingin belajar banyak dari Jalin Merapi. Apalagi kita banyak sebagai pengguna Twitter dan blog. Saru (tidak layak) sekali, kalau misalnya nanti kita tidak bisa gerak apa-apa jika sewaktu-sewaktu Surakarta terlanda bencana alam,” kata Blontank Poer, salah satu pentolan Komunitas Blogger Bengawan.

Elanto Wijoyono, admin Jalin Merapi sejak 2006 lalu menjelaskan, Jalin Merapi bermula dari kerpihatinan warga seputaran lingkar lereng Gunung Merapi, yang kurang disentuh oleh media arus utama. Media-media besar hanya mengisahkan tentang aktivitas gunung yang sejak awal 2006 mulai aktif, dan akhirnya erupsi pada pertengahan tahun itu. Sedikit sekali yang mengabarkan tentang manusianya. Atas keadaan tersebut, tiga radio komunitas: Lintas Merapi FM (Deles, Klaten), Merapi Merbabu Community FM (Selo, Boylali), dan KFM (Dukun, Magelang) bergerak untuk saling mengabarkan perihal Gunung Merapi lengkap dengan aktivitas manusinya.

Kami hanya mengolola informasi yang masuk untuk ditampilkan di portal, yang sudah terjalin dengan Twitter, Facebook, dan layanan lainnya. -Elanto Wijoyono-

Ketiga radio komunitas tersebut lantas bekerjasama dengan Combine Resource Institution (CRI), dan menciptakan satu portal Jalin Merapi, yang dapat diakses lewat internet. Untuk memudahkan akses dari masyarakat, portal dilengkapi dengan layanan sms gateway, agar warga dapat menyumbang informasi dengan mudah cukup dengan mengirim pesan singkat lewat handphone. Pada tahun 2010, saat Gunung Merapi mulai beraktivitas kembali, Jalin Merapi coba mengawinkan portal dan beberapa layanan yang sudah ada, dengan social media seperti Twitter dan Facebook, agar informasinya dapat diakses dan tersebar secara luas.
“Tiga radio komunitas inilah,” kata Elanto, dan “ratusan bahkan ribuan relawan yang mengabarkan informasi dari lapangan sebagai inti dari Jalin Merapi. Kami hanya mengolola informasi yang masuk untuk ditampilkan di portal, yang sudah terjalin dengan Twitter, Facebook, dan layanan lainnya.” Pada erupsi dan letusan Gunung Merapi 2010 lalu, lewat formulir pendaftaran relawan yang disediakan oleh portal Jalin Merapi juga, ada sekitar 3000 relawan yang mendaftar hendak membantu meringankan beban korban erupsi dan letusan Merapi.
Ambar Sari Dewi, salah satu admin Jalin Merapi yang kebagian jatah mengelola akun Twitter Jalin Merapi menuturkan, para relawan itu hanya diberi pengarahan sebentar sebelum terjun ke lapangan. Mereka dilatih bagaimana cara-cara penggunaan alat komunikasi untuk keperluan transfer informasi, dan beberapa cara singkat mencari dan mendapat data tentang keadaan korban erupsi dan letusan Gunung Merapi. “Pada gempa Yogyakarta 2006 lalu, saya dibantu. Kini, giliran saya yang membantu korban Merapi 2010.”  kata warga Timbulharjo, Bantul, tersebut. Awalnya Ambar, ibu dua anak itu bingung. Bila ia ikut membantu jadi relawan, ia takut kedua anaknya tidak ada yang merawat di rumah. Maka, ia memilih menjadi admin Twitter Jalin Merapi. Dengan begitu, ia tidak harus jauh dari kedua buah hatinya yang masih kecil-kecil.

Selain diskusi bareng tim admin Jalin Merapi, pada kopi darat para blogger sekitaran Surakarta tersebut, acara juga dimeriahkan oleh suguhan keroncong Wayang Kampung Sebelah. Kelompok seni asli Surakarta yang biasanya memanggungkan wayang itu, pada Obeng ketiga tersebut berhasil menyemarakkan suasana diantara keseriusan diskusi dan keriuhan pertemuan blogger di dunia nyata. “Mereka (Wayang Kampung Sebelah) inisiatif menyumbang,” kata Blontank Poer. Pengunjung yang juga banyak dari luar kota Surakarta, seperti para blogger dari Jakarta dan Yogyakarta, bisa pula mengiisi perut mereka di angkirngan pojok yang telah disediakan oleh Komunitas Blogger Bengawan.

Khairul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *