BERITA

Jalin Merapi Olah Data Korban Merapi dengan Open Source

Dibaca 2 Menit

Dukungan piranti lunak sumber terbuka (open source) membantu para sukarelawan di Posko Jalin Merapi yang mengerjakan pendataan korban, penyebarluasan bantuan logistik, obat-obatan, dan pengelolaan informasi lapangan. Kerja-kerja pendataan berjalan lancar meskipun para sukarelawan yang terlibat baru menggunakan piranti lunak ini.

Menurut Kiswiradat (31), Fasilitator COMBINE Resource Institution (CRI) salah satu organisasi nonpemerintah (ornop) pendukung Posko Jalin Merapi mengorganisasi lebih dari dua ratusan relawan. Sebagian besar sukarelawan datang dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ada juga sukarelawan dari kota-kota lain seperti Bandung, Jakarta, dan Surabaya.

Jalin Merapi menghimpun para sukarelawan yang bekerja di bidang informasi dan komunikasi. Para sukarelawan mengelola pembaruan konten situs Jalin Merapi dan situs jejaring sosial pendukung, seperti Twitter dan Facebook.

Jalin Merapi juga mengembangkan konvergensi media dengan streaming radio komunikasi RIGG, radio komunitas, dan layanan pesan pendek (SMS) untuk melayani publik yang ingin mengetahui kondisi dan situasi Gunung Merapi terkini, terutama penanganan para pengungsi dan korban merapi.

“Seluruh kerja Jalin Merapi menggunakan piranti open source. Meskipun sebagian besar sukarelawan baru menggunakan piranti ini, mereka cepat menyesuaikan diri. Kita menyiapkan satu tenaga ahli yang bertugas membimbing sukarelawan,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan oleh Aryo Wahyu (20), sukarelawan Jalin Merapi asal Semarang. Aryo menjadi bekerja sebagai administrator data di Posko Pusat Jalin Merapi di Jalan KH Ali Maksum 183, Pelemsewu, Sewon. Ia mengelola data dan informasi yang dikirim oleh para sukarelawan di lapangan.

“Ini kali pertama saya menggunakan open source. Hingga hari ini belum ada hambatan, piranti ini sangat handal dan mudah dipelajari,” ujarnya.

Aryo Wahyu, Sukarelawan Jalin Merapi

Aryo baru dua hari bergabung di Jalin Merapi. Sehari-harinya, Ia mengetahui Posko Jalin Merapi dari twitter. Lalu, ia mendaftarkan diri lewat fasilitas online. Setelah itu dia berangkat ke Yogyakarta meskipun dia aktif menjadi mahasiswa di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Pengakuan lain disampaikan oleh Theresia Uma Nurwiranti (31), ibu rumah tangga yang tinggal di Wijilan, Kota Yogyakarta. Dia bergabung dengan Posko Jalin Merapi sejak 27 Oktober 2010, dua hari setelah letusan Gunung Merapi kali pertama. Dia membaca status di situs jejaring sosial salah satu pegiat CRI bahwa Posko Jalin merapi membutuhkan sukarelawan. Ia terpanggil menjadi sukarelawan meskipun harus berbagi waktu untuk mengasuh putranya yang masih berusia balita.

Berbeda dengan Aryo, Uma sudah terbiasa dengan open source. Dia pengguna distro Ubuntu salah satu piranti lunak Berbasis Debian yang dikembangkan oleh Canonical. Di Posko dia mengkordinasi 15-20 sukarelawan yang mengolah data, seperti permintaan logistik, dukungan transportasi, dan pembaruan informasi.

“Saya bertugas mengolah masukan data bantuan dan permintaan logistik dari sukarelawan di posko-posko warga. Pekerjaan ini butuh kecermatan dalam memilah data agar informasi yang dihasilkan Jalin Merapi terjaga kesahihannya,” jelas Uma. (YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *