BERITA

DKT Pengembangan Jaringan Infokom Bencana

Dibaca 2 Menit

Lokasi geografis Indonesia sangat rawan bahaya alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, tanah longsor, tsunami dan letusan gunung api. Skala dan frekuensi bencana cenderung meningkat sehingga menimbulkan dampak dan kerusakan yang lebih besar terhadap harta benda, prasarana dan lingkungan serta hilangnya nyawa dan struktur sosial. Belum lagi tingkat pengungsian internal besar-besaran dan dampak-dampak lain yang tidak teramati akibat bencana.

Dalam banyak kasus, kerugian dan dampak tersebut juga diakibatkan belum masuknya penanggulangan bencana sebagai agenda pembangunan, baik oleh lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Kebijakan dan program pembangunan belum memperhitungkan kerentanan dan risiko terhadap bahaya dan bencana. Kesadaran akan potensi bencana di Indonesia baru muncul setelah gempa dan tsunami Aceh  tahun 2004 yang diikuti bencana di Jogja, Mentawai, Jabar, Padang dan berbagi daerah lainnya. Rentetan bencana ini mendorong pemerintah Indonesia untuk membuat undang-undang penanggulangan kebencanaan. Lahirlah UU nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

UU mengamanatkan pentingnya kesiapsiagaan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Langkah-langkah untuk menjadikan warga sadar akan potensi bencana di wilayah mereka menjadi sangat penting. Faktanya, dalam setiap kejadian bencana, masalah lemahnya komunikasi dan koordinasi antar pihak, selalu menjadi alasan penyebab tidak efektifnya penanganan bencana.

Sistem informasi-komunikasi memang belum diposisikan menjadi sesuatu yang strategis untuk penanggulangan bencana. Sistem informasi-komunikasi memang bukan satu-satunya penyebab lemahnya koordinasi antar pihak. Namun dengan pemanfaatan yang serius, konsisten dan kemauan politik yang kuat, sistem informasi-komunikasi akan menjadi sarana yang ampuh duntuk mengefektifkan penanggulangan bencana.

Sejak 2005 (pasca Tsunami Aceh) COMBINE Resources Institution (CRI) terlibat dalam kegiatan tanggap darurat bencana. Sesuai dengan kompetensi organisasi, CRI memfokuskan pengurangan resiko bencana melalui jaringan informasi-komunikasi dengan menerapkan prinsip konvergensi media. Perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam beragam tipe, seperti radio komunikasi, radio siaran, hingga telpon selular dan website, digunakan untuk mendukung lalu lintas data dan informasi untuk pengurangan resiko bencana.

Kini pengalaman tersebut dikembangkan melalui pengembangan jaringan informasi-komunikasi untuk pengurangan resiko bencana. Tim yang terlibat dalam jaringan ini terdiri dari para relawan yang memiliki keahlian di bidang informasi-komunikasi. Tim ini akan menggalang kerjasama dengan para pihak yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan bencana. Konsep tentang pengurangan resiko bencana melalui jaringan informasi-komunikasi ini akan dibahas dalam sebuah diskusi kelompok terarah (DKT) dengan agenda sebagai berikut:

Muatan

  • Sesi 1: Konteks Kebencanaan di Indonesia: Dimulai dengan pemaparan gagasan jaringan informasi-komunikasi untuk pengurangan resiko bencana. Selanjutnya narasumber akan memberikan tanggapan atas gagasan tersebut berdasarkan perspektif masing-masing.
  • Sesi 2: Menemukan model Pengurangan Resiko Bencana dengan informasi dan komunikasi: Difokuskan pada penyusunan rekomendasi dan informasi penting lain yang diperlukan dalam mengembangkan jaringan informasi-komunikasi untuk pengurangan resiko bencana.

TEMPAT DAN WAKTU
Rabu, 22 September 2010 di University Center Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

NARASUMBER
FGD ini dihadiri sejumlah narasumber pakar bidang pengurangan risiko bencana dan manajemen kedaruratan:

  1. Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, MT. (Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta)
  2. Dr. Priyadi Kardono, Msc (Kepala Pusdatin & Humas BNPB)
  3. Ayub (Expert untuk Pusdalops Provinsi DIY)
  4. Dr. Hendro Sangkoyo (Sekolah Ekonomi Demokratik)
  5. Palang Merah Indonesia DIY
  6. Joko Santoso, Radio Suara Surabaya FM
  7. Perwakilan UN OCHA, Jakarta
  8. Sukiman, Pengelola Radio Komunitas Lintas Merapi
  9. Sampoerna Rescue Team
  10. Yayasan Air Putih, Jakarta

FASILITATOR
Imam Prakoso

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *