BERITA

Dorong Keterlibatan Perempuan di Radio Komunitas

Dibaca 1 Menit

COMBINE Resource Institution (CRI) Yogyakarta mendorong keterlibatan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas melalui diskusi kelompok terarah dan lokakarya. Kegiatan itu diselenggarakan di Wisma Disaster Oasis, Jalan Kaliurang Km. 20, Sleman (17/6/2009) dengan narasumber Bianca Migliretto, pegiat Isis International-Philipina dan Damai Ria Pahpahan, pendiri Rumpun Cut Nyak Dien-Jogjakarta.

Peserta tengah membahas permasalahan keterlibatan perempuan di radio komunitas

Pada diskusi kelompok terarah yang diikuti oleh para pegiat organisasi perempuan di Jogjakarta, Bianca menyajikan hasil penelitiannya tentang penggunaan teknologi informasi di lima negara, yaitu India, Thailand, Fiji, Philipina, dan Papua Nugini. Radio menempati posisi teratas (49%) sebagai media yang banyak dipergunakan oleh perempuan, menyusul media teater (36%), film (25%), pertemuan (16%), dan lain-lain. Radio menjadi teknologi yang paling efektif sebab teknologi ini murah dan mudah dipergunakan, sebagian besar keluarga memilikinya, dan menjangkau area yang luas

Bianca Migliretto, pegiat Isis International-Philipina menggunakan fasilitas alihbahasa

Sementara itu, Damai Ria Pahpahan, mengemukakan media pertama kali yang dipergunakan pegiat perempuan di Indonesia adalah pertemuan. Setelah itu, pamflet dan selebaran menjadi pilihan selanjutnya. Pengarusutamaan isu perempuan di surat kabar di mulai pada 1990-an yang memicu gerakan feminisme secara luas. Pemanfaatan radio masih sebatas pengiriman isi siaran atau talkshow di stasiun radio niaga.

Pada acara lokakarya yang diikuti para pegiat radio komunitas, Bianca meyakinkan para pegiat radio untuk memperhatikan keterlibatan perempuan dalam pengelolaan informasi. Menurutnya, keterlibatan perempuan membuat posisi radio makin kuat di komunitas sebab sebagian besar pendengar radio adalah kaum perempuan. Keterlibatan perempuan di radio komunitas memang lebih maju dibanding media arus utama (45%) tapi posisi mereka dalam mengambil keputusan hanya sebesar 28 persen. (Yossy Suparyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *