BERITA

COMBINE Hadiri Jambore JRK Jawa Barat

Dibaca 4 Menit

Jambore Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat diselenggarakan pada 3-6 Februari 2011 di Radio Komunitas Ruyuk FM, Cinunjang, Mandala Mekar, Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jambore JRK Jawa Barat diikuti oleh 21 radio komunitas. Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah peninjau seperti VHR, COMBINE Resource Institution, Walhi, Jarik Cirebon, dan JRKI.
Mandala Mekar terletak di pegunungan bagian selatan Kota Tasikmalaya. Untuk menjangkau daerah ini, Anda harus menyusuri jalanan berbatu dan mendaki. Akibat kondisi jalan yang rusak dan naik-turun maka waktu tempuhnya bisa mencapai 3-4 jam dari Tasik.

Keberangkatan Peserta
Peserta bertemu di Terminal Tipe A Tasikmalaya pukul 13.00. Sebagian besar peserta datang dengan angkutan umum Bandung-Tasik, lainnya ada yang dari Cirebon, Yogyakarta, Garut, dengan kendaraan sendiri atau angkutan umum. Di Terminal Tasikmalaya, ada panitia yang menyiapkan dua angkutan Isuzu Elf yang membawa peserta ke lokasi Jambore.

Setengah jam perjalanan, peserta mampir di sebuah rumah makan. Hujan turun sedikit lebat sehingga peserta harus memakai jaket karena udara mulai menusuk kulit. Sajian makannya adalah ayam goreng dan bakar. Rasanya istimewa karena ayam yang dimasak adalah ayam kampung. Antar peserta saling berkenalan dan berbagi pengalaman mengenai pengelolaan radionya. Makan siang ini menjadi pemanasan untuk diskusi selanjutnya di Jambore.

Satu jam berlalu, peserta meneruskan perjalanan. Jalanan mulai naik turun menyusuri lekuk pegunungan Tasikmalaya yang menghijau. Setelah satu jam perjalanan, rombongan memasuki daerah Kecamatan Jatiwaras. Daerah ini  terletak di sebelah selatan kota Tasik.

Pembukaan Jambore
Pembukaan Jambore sangat sederhana. Kru Ruyuk FM menampilkan seni tradisional Cianjuran. Seni Cianjuran merupakan gabungan seni musik dan suara khas sunda. Alat musik yang dimainkan terdiri dari rincik, kecapi, dan seruling. Seluruh lagu yang nyanyikan berbahasa sunda, ada lagu rakyat ada juga lagu ciptaan sendiri. Pentas seni ini bisa dinikmati oleh seluruh warga karena disiarkan secara langsung melalui Ruyuk FM di frekwensi 107.8.

Irman Meilandi, pegiat Ruyuk FM mengatakan radionya menaruh perhatian besar pada komunikasi pembangunan dan pelestarian budaya Sunda. Hal itu terlihat dari komposisi program siaran Ruyuk yang menggabungkan pengelolaan informasi desa, ajang saling sapa, dan hiburan khas sunda. “Radio ini meraih dukungan masyarakat karena mendorong program pembangunan desa. Ada pelestarian budaya, ada juga informasi kegiatan warga desa,” ujarnya.

Peserta Menyatu dengan Penduduk

Penyelenggaraan Jambore JRK 2011 sangat unik. Lebih dari 60 peserta jambore tinggal di rumah-rumah penduduk, lalu sajian yang dihidangkan berasal dari makanan khas Desa Mandala Mekar, seperti ampyang, kembang goyang, kripik ketela, dan pisang.

“Semua keperluan jambore disediakan oleh para pendengar radionya, ada yang menyumbang beras, ikan, bumbu masak, makanan ringan, dan buah-buahan,” jelas Irman.

Hal itu dikuatkan oleh Ayat, penyiar Ruyuk FM. Radio mendorong pemanfaatan tanah desa menjadi hutan desa. Kerja keras Ruyuk tidak sia-sia. Mandala Mekar mendapat Juara II Hutan Lestari tingkat provinsi Jawa Barat dan mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Amerika Serikat. Akibatnya, banyak warga dari daerah lain berkunjung dan berlatih di daerah ini.

“Kita senang bisa berbagi pengalaman. Warga papua sering berlatih pertanian di sini, mereka belajar mencangkul dan bercocok tanam selama tiga bulan,” jelas Ayat.

Para peserta jambore mengaku senang dengan cara penyelenggaraan Jambore 2011. Dini Gusmayanti , utusan dari Purwakarta kagum dengan prestasi Ruyuk FM dalam meraih dukungan warga. “Tadi, saya makan sayur jantung pisang dan pakis. Enak banget. Gak ada makanan seperti ini di rumah makan,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan oleh Akhmad Rovahan, Ketua Jarik Cirebon. Menurutnya, Ruyuk FM bisa menjadi model radio komunitas yang baik. Ruyuk mampu mendorong warga untuk membangun desanya meskipun Mandala Mekar terletak di daerah pegunungan yang sulit dijangkau oleh angkutan umum. “Salut! Kita bawa pengalaman dari sini ke Cirebon,” tegasnya.

Musyawarah Luar Biasa JRK Jabar
Jumat pagi (4/2/2011), setelah makan pagi bermenu nasi goreng, peserta telah diangkut ke Gedung Olahraga Desa Mandala Mekar yang terletak sekitar 1,5 Km dari studio Ruyuk FM. Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat menggelar Musyawarah Anggota Luar (Musyanglub) biasa karena ketua mereka, Haris Irnawan mengundurkan diri. Haris memilih fokus pada pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kegiatan ini diikuti oleh 21 radio komunitas.

Acara Musyanglub diawali dengan pendaftaran ulang peserta dan pembacaan surat pengunduran diri. Surat pengunduran diri ketua dibacakan oleh Iwan Kurniawan, Koordinator Advokasi JRK Jabar, karena Haris Irnawan tidak bisa hadir.

“Saya ingin fokus pada pekerjaan dan keluarganya. Setiap Sabtu dan Minggu dia sering ke luar daerah sehingga perhatian ke keluarga saja kurang, apalagi pada JRK Jabar,” demikian alasan Haris Irnawan sebagaimana dibacakan oleh Iwan.

Setelah pembacaan surat pengunduran diri, presidium sidang yang terdiri dari Latif Rohyana, Gini Gusnayanti, Yana Noviandi membacakan laporan inventaris dan keuangan JRK Jawa Barat, tata terbit musyawarah dan agenda sidang Musyanglub.

JRK Jabar Kritisi RUU Penyiaran

Setelah menuntaskan penguatan kelembagaan lewat Musanglub, Jambore JRK Jawa Barat membahas Rancangan Perubahan Undang-Undang Penyiaran yang telah masuk dalam Program Legislasi Nasional 2011 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. JRK Jawa Barat menyayangkan pasal yang membahas penyiaran komunitas sangat sedikit, bahkan cenderung menempatkannya dalam ruang yang sangat terbatas.

Ketua Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Iman Abda (36), menjelaskan RUU penyiaran lebih mewakili kepentingan penyiaran niaga. Padahal penyiaran komunitas telah menjadi saranan penting warga untuk menyuarakan aspirasi dan berperanserta dalam pembangunan daerah.

“Radio komunitas menjadi media warga untuk bertukar gagasan. Pemerintah seharusnya mendukung lembaga penyiaran komunitas, bukan mempersempit ruang geraknya.

Penggalangan Dana lewat Organ Tunggal
Penggalangan dana lewat seni musik organ tunggal  hampir gagal dilakukan karena aliran listrik dari PLN mati. Aliran listrik mati sejak pukul 17.00 hingga 20.00. Panitia mencoba menggunakan generator sendiri, namun ada masalah dengan mesin sehingga aliran listrik menyala generator gagal diperbaiki.

Konsep penggalangan dana sederhana melalui lelang lagu. Apabila di malam sebelumnya, Kru Ruyuk yang  menghibur, pada malam ini peserta Jambore mengambilalih peran itu. Acara ini tetap disiarkan secara langsung lewat radio. Secara bergiliran peserta dan warga  bernyanyi lagu-lagu dangdut , baik sunda, melayu, ataupun koplo.  Peserta memberikan sawer atau sumbangan uang agar lagu yang dimintanya itu segera dimainkan. Uniknya, saweran kali ini sembari menyisipkan pesan-pesan pelestarian lingkungan.

“Siapa yang ingin menyumbang pohon? Harga  bibit pohon Rp 1500,-” ungkap seorang Ketua  RT sembari memberikan saweran 2 ribu rupiah.

“Untuk dapat dua pohon butuh satu ribu lagi, siapa yang ingin menambahi  agar pak RT dapat 2 pohon,” lanjut  pembawa acara.

Begitu terus menerus hingga terkumpul dana sebesar Rp 480.000,- pada akhir acara. Dana itu diserahkan pada pegiat Ruyuk FM untuk menggalakan pelestarian hutan di daerah tersebut. Mandala Mekar berhasil menyelamatkan mata air lewat penghijauan swadaya warga yang dikenal dengan Hutan Mandiri. (Yossy Suparyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *