BERITA

Telah Hadir! Forum Sekolah Mandiri

Dibaca 2 Menit

Setelah melalui dua hari diskusi yang cukup panjang namun santai, beberapa komunitas sekolah mandiri sepakat untuk membentuk forum bersama yang mereka namai dengan School Ranger. Terdapat puluhan komunitas sekolah mandiri dan beberapa aktivis yang punya perhatian pada pendidikan anak hadir dalam urun rembuk tersebut.

Mereka merupakan orang-orang dan komunitas yang berusaha mewujudkan dan mempertahankan keberadaan sekolah gratis bagi anak-anak di tengah-tengah akses pendidikan yang cenderung sulit dijangkau kalangan miskin Indonesia.

Thalk Show dan temu komunitas yang berlangsung di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Rabbani, Kampung Balong, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat-Sabtu (27-28/7/2012), itu merupakan tindak lanjut dari komunikasi awal yang telah terjalin sebelumnya di antara beberapa komunitas sekolah mandiri.

“Juni awal saya dipertemukan dengan Justina Wahyu (Kepala Sekolah SMP Terpadu At-Tadzkir, Cikatomas, Tasikmalaya). Ternyata mereka punya kesulitan seperti kami. Kami sama-sama sekolah yang sekali pun tidak mengandalkan dana dari pemerintah,” kata Hesty Ambarwati, Kepala Sekolah SDIT Rabbani.

Selanjutnya mereka sepakat untuk bergabung. Mereka bercita-cita hendak membentuk satu forum tempat sesama komunitas sekolah mandiri untuk saling diskusi. Saling berbagi terkait keadaan sekolah masing-masing.

“Yaudah, mbak Justina punya jaringan komunitas mana, kami punya jaringan komunitas mana, kita kumpulin deh,” kata Hesty.

Hadir sekitar puluhan sekolah mandiri dan sekolah alternatif serta beberapa aktivis peduli pendidikan yang kebanyakan merupakan kalangan muda dan mahasiswa. Selain SMP Terpadu At-Tadzkir Cikatomas dan SDIT Rabbani, hadir pula Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Lamongan yang dikelola oleh Gus Adhim, dan Sekolah Alternatif Taman Teknologi Bandung.

Sekolah mandiri merupakan sekolah yang tidak menginduk kepada institusi negeri seperti departemen pendidikan nasional dan yayasan pendidikan. Sekolah mandiri murni berangkat dari semangat komunitas untuk memberikan wadah bagi anak-anak yang kurang mampu agar tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Mereka menawarkan sekolah nol rupiah. Kalau pun berbiaya, itu merupakan inisiatif orangtua murid sendiri.

“Kedepannya School Ranger bakal jadi forum bersama merangkul sekolah mandiri dan komunitas-komunitas lainnya. Dengan bantuan dari komunitas atau sekolah mandiri kepada sekolah-sekolah mandiri lain yang belum mapan. Seperti manajerial sekolahnya,” kata Hesty.

Guna mewujudkan tujuan tersebut, School Ranger setidaknya menyiapkan jurus sudah jauh-jauh hari. Itu terlihat dari upaya School Ranger menyediakan alat komunikasi massal seperti jejaring sosial Twitter dengan akun @schoolranger dan grup di Facebook bernama School Ranger. Selain itu, guna mewadahi informasi terbaru seputar komunitas mereka, School Ranger juga telah membuat website komunitas schoolranger.com.

Menurut Justina Wahyu, kehadiran School Ranger diharap bisa menjadi jawaban bagi setumpuk persoalan yang menjerat sekolah-sekolah mandiri di Indonesia. Apalagi sebaran sekolah mandiri yang cukup besar bisa menjadi kekuatan tersendiri agar sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan gratis dan murah namun cukup berkualitas tersebut mampu bertahan.

“Di sini kelak kita bisa berbagi pengalaman untuk mewujudkan mimpi sekolah gratis,” kata Justina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *