BERITA

Konsolidasi Pewarta Warga Portal Suara Komunitas

Dibaca 3 Menit

Pada tanggal 13-17 September 2012, bertempat di Kantor COMBINE Resource Institution, para penyunting dari portal berita warga www.suarakomunitas.net mengadakan konsolidasi dengan tema “Gerilya Media.” Adapun penyunting yang hadir berasal dari wilayah Lombok Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sukabumi, Kalimantan Timur, Rembang, Magelang, DIY, Cirebon, Majalengka, Priangan Timur, Tasik Malaya, Nangroe Aceh Darussalam, Sidoarjo, Banjarnegara, Pekalongan, Wonosobo.

Khusus untuk temu nasional kali ini, alur acara didahului dengan pengayaan wawasan bersama beberapa narasumber seperti Uni Lubis dari Dewan Pers, Budiman Sudjatmiko dari anggota DPR-RI, Ari Sudjito, seorang ahli di bidang desa, Dandhy Laksono dari AJI Nasional, Anggara seorang pengacara yang peduli terhadap kasus-kasus kebebasan berekspresi, dan Shita Laksmi dari HIVOS.

Acara dibuka dengan ramah tamah pada hari Kamis malam, 13 September 2012. Dipandu oleh pewarta dari Sumatera Barat, Nurhayati Kahar, dan M. Syairi dari Lombok Utara, acara ramah tamah ini lebih semarak. Satu persatu pewarta Suara Komunitas memperkenalkan dirinya sekaligus mengisahkan persoalan-persoalan yang terjadi di wilayahnya. Tohap Simamora dari Sumatera Utara mengungkapkan bagaimana media komunitas secara konsisten mengangkat persoalan ancaman eksploitasi tambang dari perusahaan tambang milik Bakrie Group di kawasan Dairi. Marcos Dipan dari Sulawesi Utara memaparkan penolakan warga atas eksplorasi tambang di sebuah pulau bernama Bangka. Banyaknya persoalan konflik pemanfaatan sumber alam antara warga dengan perusahaan dan pemerintah ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh pewarta warga suara komunitas.

Untuk menghadapi tantangan inilah, temu nasional penyunting suara komunitas tahun ini merasakan pentingnya menggalang sekutu dengan berbagai pemangku kepentingan seperti lembaga publik seperti Dewan Pers, organisasi media seperti AJI, media arus utama, organisasi masyarakat sipil lainnya. Upaya mendorong perubahan tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi perlu menggandeng berbagai pihak. Muhamad Syairi, pewarta warga dari Lombok Utara telah membuktikannya. Dengan melakukan konvergensi media dengan media lokal, menyiarkan berita lewat radio komunitas, mendistribusikannya lagi melalui portal suara komunitas, ternyata mampu mempercepat kinerja pemerintah dalam pelayanan publik. Ibrahim dari Sulawesi Tenggara pun melakukan jejaring bersama organisasi masyarakat sipil di Kendari, berkolaborasi dengan media televisi lokal seperti Kendari TV, juga dengan koran lokal seperti Tribun.

Dandhy Laksono dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) memaparkan gurita konglomerasi media yang tidak hanya bias kepentingan iklan, tetapi juga bisnis dan politik pemiliknya. Dengan kondisi media seperti ini maka proses pembentukan nilai masyarakat, yang kini banyak dipengaruhi oleh media, sangat dipengaruhi oleh konten yang tidak semata-mata berorientasi pada pendidikan bangsa, tetapi juga sarat kepentingan akumulasi modal. Pada titik inilah, tandingan konten sangat dibutuhkan untuk mengimbangi konten media arus utama. Tandingan tersebut berasal dari masyarakat sendiri yang kemudian dikenal dengan sebutan jurnalis warga atau pewarta warga.

Berdasarkan pengalaman para pewarta warga dari portal suara komunitas, maka dampak dari kegiatan pewarta tidak sekadar menyuarakan informasi komunitas. Lebih dari itu, pewarta rentan terhadap ancaman pihak lokal yang dikritisinya. Yet Kahar, seorang pewarta warga asal Pariaman telah mendekam selama 9 bulan di penjara akibat aktivitasnya menyuarakan persoalan korupsi di wilayahnya. Ia dituduh tidak secara langsung akibat kekritisannya, tetapi dijebak melalui kasus narkoba. Namun oleh karena tidak ada bukti, maka Yet Kahar dibebaskan oleh pengadilan setempat. Kasus ini memperlihatkan betapa besarnya ancaman bagi pewarta warga di daerah, apalagi yang mewartakan berita menyangkut pengusaha dan politisi lokal. Anggara, seorang pengacara juga hadir dalam konsolidasi ini untuk memberikan kisi-kisi hukum yang perlu diketahui oleh pewarta warga dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya. Uni Lubis dari Dewan Pers mendiskusikan soal cakupan kerja dan batasan bentuk produk jurnalistik yang akan ditangani oleh Dewan Pers. Pewarta warga yang sudah terkelola dalam suatu organisasi media berbadan hukum bisa memberika pengaduan ke Dewan Pers.

Budiman Sudjatmiko dan Ari Sudjito membicarakan bagaimana peran media komunitas dapat menjadi salah satu mesin perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Relasi antara media dengan parlemen sangat dibutuhkan sebagai watchdog kinerja parlemen maupun eksekutif. Pemberitaan satu kasus dengan intens yang kadang terlupakan oleh media arus utama, justru bisa dilakukan oleh media warga. Inilah kekuatan media warga dalam mendorong perubahan sosial.

Setelah saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan para narasumber, para pewarta Suara Komunitas pun melakukan konsolidasi untuk menentukan bentuk organisasi, kepengurusan, serta mekanisme kerja yang lebih efisien untuk memperkuat isu komunitas di ranah publik. Struktur organisasi yang baru terdiri dari Pemimpin umum yang membawahi pemimpin redaksi. Kemudian editor wilayah kelak menjadi biro-biro yang membawahi pewarta-pewarta warga.

Di akhir pertemuan, maka seluruh pewarta warga suara komunitas berekreasi ke Goa Cermai di Imogiri dan makan siang bersama di Pantai Depok, Parang Tritis. Pengalaman bersama ini mampu memperkuat tali ikatan antar pewarta warga untu menjalankan aksi-aksi pewartaan yang lebih militan dan berbobot. *** (Ade Tanesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *