BERITA

COMBINE Gelar Evaluasi Akhir Tahun

Dibaca 3 Menit
BERITA

COMBINE Gelar Evaluasi Akhir Tahun

Dibaca 3 Menit

Selasa, 20 Desember 2011, seluruh tim kerja COMBINE Resource Institution melakukan evaluasi akhir tahun selama dua hari di Sambi Resort, Kaliurang, Yogyakarta. Evaluasi ini merupakan upaya untuk melihat kembali seluruh kinerja program serta dampaknya pada penerima manfaat.

Pijakan utama dari evaluasi terletak pada visi COMBINE yang hendak menjadi organisasi nirlaba terdepan dalam mendorong penguatan institusi lokal, pengembangan sistem informasi, dan pelayanan manajemen sumber daya berkaitan dengan upaya perwujudan kedaulatan rakyat dalam tatanan Indonesia Baru. Seyogyanya, dalam sebuah evaluasi maka pihak yang sahih untuk memberikan catatan kritis adalah penerima manfaat. Oleh karena, pada evaluasi ini COMBINE belum mampu menghadirkan para penerima manfaat, maka metode yang digunakan adalah bermain peran. Artinya dalam evaluasi setiap program, maka peserta akan berperan sebagai “penerima manfaat” seperti kelompok warga komunitas,media komunitas, pemerintah desa, dan lain-lain. Setiap kelompok berdiskusi dan mempresentasikan catatan kritis serta rekomendasi untuk setiap program, baik yang berada di bawah naungan unit implementasi, support, maupun unit strategis. Metode ini cukup menarik, karena peserta ditantang untuk berpikir dari perspektif yang berbeda.

Para koordinator program COMBINE, yaitu Lumbung Komunitas, Pasar Komunitas, Suara Komunitas, dan TIKUS DARAT, mempresentasikan kinerjanya selama 2011.  Lumbung Komunitas mempresentasikan perkembangan program Sistem Informasi Desa yang selama tahun 2011 diterapkan di Desa Terong (Bantul), Talun (Klaten) , dan Kandangan (Temanggung). Hal yang cukup menarik dalam diskusi seputar Sistem Informasi Desa adalah pentingnya mengembangkan sistem yang lebih komprehensif untuk menjaga kemungkinan penyalahgunaan data warga desa. Jadi di satu sisi, Sistem Informasi Desa merupakan  upaya mewujudkan transparansi di level desa, tetapi di sisi lain data yang ada bisa digunakan untuk tujuan yang merugikan komunitas. Kunci utama tetap pada kesadaran dan keterlibatan warga desa untuk ikut mengelola secara aktif sistem informasi desa bersama-sama pemerintah desa.

Kemudian untuk program Suara Komunitas, beberapa catatan kritis yang perlu diperhatikan adalah pentingnya peningkatan kapasitas terhadap para kontributor terutama di dalam penguatan visi. Hal lain adalah pengelolaan media yang lebih kreatif dalam berjejaring dengan pihak luar yang bisa meningkatkan semangat para pewarta warga dalam mengirim berita. Selain itu, pewarta warga perlu difasilitasi lebih intens untuk berjejaring dengan ragam pemangku kepentingan di daerahnya masing-masing. Kini Suara Komunitas ada di 40 wilayah yang tersebar di 18 propinsi. Jumlah kontributornya sebanyak 341 (287 adalah radio komunitas dan 54 kelompok lain). Sepanjang tahun 2011, ada 3,420 berita yang diunggah.

Program Informasi dan Komunikasi untuk Kebencanaan mempresentasikan kinerjanya pada tahun 2011. Program ini telah melakukan ujicoba sistem informasi kebencanaan yaitu Desa Talun dan Desa Terong, berikut 4 desa di lereng merapi yang bekerjasama dengan MRR-UNDP. Di samping itu, telah dirancang sebuah modul sistem informasi komunikasi kebencaan yang telah diujicobakan dalam ToT pada perwakilan 6 desa.

Sementara itu, program Pasar Komunitas mempresentasikan kinerjanya di tahun 2011. Kini Pasar Komunitas 14 kelompok usaha kecil mikro/media komunitas, diantaranya Lintas Merapi, Radekka, Karang Taruna Sri Mulyo, Komunitas Batik Imogiri, Komunitas Dipo Ratnamuda, Karang Taruna Sendangsari, Sumbing Inti, dan lain-lain. Seluruh anggota ini terlibat dalam pasar komunitas untuk dua hal, yaitu investasi domba (gaduh), dan mempromosikan produknya di web pasarkomunitas.com.Beberapa pelatihan telah digelar oleh Pasar Komunitas untuk memperkuat kapasitas pelaku usaha kecil menengah yang menjadi mitranya.

Terkait dengan Unit Support Program yang terdiri dari divisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Komunikasi, dan Knowledge Management, maka pembicaraan terkait pada manajemen layanan untuk internal maupun eksternal. Namun hal yang penting untuk dicatat adalah pengembangan TIK harus lebih optimal. Artinya TIK bisa menjadi sebuah cara alternatif untuk mendukung terjadinya transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola lembaga yang lebih baik untuk mendorong perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Selama ini, proses advokasi dengan ragam metode telah dilaksanakan oleh masyarakat sipil dengan hasil yang belum bisa dikatakan memuaskan. Maka teknologi informasi dan komunikasi yang mampu mengkonsolidasi masyarakat sipil, alat transformasi pengetahuan dan keterampilan, peluang kontrol lembaga-lembaga pengambil kebijakan oleh rakyat, bisa menjadi salah satu solusi yang patut diperhitungkan. Oleh karena itu, untuk masa depan, maka divisi TIK dalam COMBINE perlu ditingkatkan perannya, bukan sekadar layanan tetapi juga memberikan solusi bagi berbagai persoalan. Peningkatan di bidang TIK, juga sejalan dengan pentingnya divisi Komunikasi memperkuat jejaring dengan organisasi masyarakat sipil (OMS), baik formal maupun informal. Oleh karena OMS merupakan entitas yang tetap memiliki kepekaan dan konsistensi untuk perbaikan kehidupan bangsa ini di segala bidang. Sementara itu, divisi Knowledge Management akan lebih fokus pada pengelolaan pengetahuan lembaga, dan juga komunitas. Hal ini penting, karena sebenarnya dengan pengembangan pengetahuan lokal yang telah ada, maka komunitas mampu memberdayakan dirinya sendiri.

Disamping presentasi dari setiap program, evaluasi ini juga disisipi dengan outbond singkat untuk mempererat relasi sosial antar pegiat COMBINE. Evaluasi akhir tahun ini diakhiri oleh Agus Setyawan selaku board dari COMBINE, dan tentunya seluruh hasil evaluasi ini akan di tindaklanjuti pada rapat kerja pada bulan Januari 2012. *** (Ade Tanesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *